April 25, 2008

cerpen-cerpen kacau part 1

ceritanya, saya lagi beres2 kamar. E, lha kok saya nemu cerpen2 lama jaman penjajahan dulu. yawis, karena saya pengen buang semua kertas yang enggak terpakai, ya saya ketik cerpennya, trus saya simpen disini. Namanya juga cerpen amatir, jadi ya, cerpennya jelek kayak yang bikin, begitu.....\


Aku dan Ricky

“Dha, maafin aku, swear waktu itu aku memang lagi nganterin mama ke salon, trus ketemu selvi. Aku enggak bohong, kok, Dha, bener”. Ricky memohon-mohon padaku, sambil nyembah-nyembah segala. Mukanya udah kayak adek kecil minta permen aja.
Aku mendengus kesal
“ Kamu selalu aja punya alasan yang kamu pikir menyakinkan. Kamu tuh jarang ada pas aku butuhin. Kamu sibuk main bola pas aku sibuk nyiapin pesta ulang tahunku, kamu malah pergi ke gunung pas mama papa keluar kota. Kamu datang terlambat pas Boby godain aku, kamu juga lebih hafal jadwal pertandingan bola daripada hari jadian kita. Dan kamu lebih suka ketawa-ketiwi sama selvi, daripada nemenin aku nyari buku untuk tugas bu Salma. Padahal tadinya kamu bilang enggak bisa pergi karena nonton bola……”
Ricky menunduk diam
“Dha, tadinya memang mau nonton bola, tapi mama minta dianter ke salon, trus ketemu selvi. Maaf, dha….” Katanya lemah.
Aku bangkit dari bangku kantin sekolah yang sudah sepi itu, menghabiskan es jerukku dan melangkah. Ricky meraih tanganku. Ia ikut-ikutan berdiri.
“Dha, tunggu….”
Aku menyentakkan tangannya.
“Mending kita putus aja, deh, Rick,” kataku tanpa berani memandang wajahnya. Aku terus melangkah.
“Dha. Please, aku enggak bohong, enggak , sungguh, jangan pergi, dha, “Kalimat Ricky belepotan. Ia mengejarkau. Tapi aku terus berlari, sambil menggigit bibir bawahku, dan menahan air mataku yang nyaris tumpah ini. Dibelakangku Ricky menyentakkan kakinya degan kesal.
***
Itu kejadian satu mingggu yang lalu, seminggu ini aku selalu menghindari Ricky, biarpun Ia mengejar2 aku, aku tetap tidak mau bertemu. Ricky sering begitu, sebenarnya bukan karena Ia tertawa-tawa dengan Selvi yang membuat aku sebal, Aku tahu Ricky tidak akan naksir selvi, tapi Ricky sering sekali lebih mementingkan pertandingan sepak bola daripada ku ajak kemana-mana.
Aku benar-benar sebal pada Ricky.
Tapi memutuskannya? Sungguh, kalo bisa aku ingin menarik kata-katku itu.
Buktinya, hari minggu ini, aku sendirian. Baiasanya Ricky datang untuk sekadar nanya PR atau main halma di teras. Atau, paling sering, Ricky datang kerumahku untuk nebeng nonton bola, karena tivinya dirumah dipake nonton Sinetron sama Adiknya.
Aku menarik laci meja teras, mengambil sekotak halma didalamnya. Huh, apa enaknya main halma sendirian, pikirku. Kalo ada Ricky aku pasti menang. Ricky selalu saja berusaha maju tanpa memperhatikan lawannya. Jadi semakin Ia maju, maka semakin banyak jalan yang terbuka untukkku. Aku ketawa sendiri.
Aku menyingkirkan bunga plastik dari atas meja. Bunga dari Ricky, huh, kenapa sihm banyak sekali hal-hal yang berhubungan dengan ricky disini. Karton halma aku bentangkan diatas meja, buah-buah halma aku susun satu persatu. Seandainya ada Ricky…,
Tiba-tiba mataku silau oleh sinar lampu mobil yang memasuki halaman rumahku. Aku menoleh. Mobil Ibu Ricky. Aku segera bangkit. Tapi, ups, aku kan sudah putus dengan Ricky. Jadi, aku duduk lagi dan memandang sebal pada Ricky. Ricky keluar dari mobil sambil merapikan kemejanya. Huh, mau apa dia?
“ Hai, Firdha, ….” Sapanya sok ramah
Aku mendengus.
“Nungguin aku, ya?.” Tanyanya kegeeran.
Aku kembali mendengus, Ricky seperti tertohok hatinya. Kemudian Ia menunduk sambil memandangi ujung sepatunya.
“Dha, maafin aku, ya, please, marahnya jangan lama-lama dong, dan jangan putus, ya….” Ujarnya lirih, sabil melirikku hati-hati.
Aku melotot. Iya, Ricky, aku juga enggak mau marah lama-lama, kok, apalagi putus. Tapi, egoku bicara lain, gengsiku naik setinggi ubun-ubunku.
“Enak aja, pulang sana, nanti ketinggalan sepak bola. Lho….” Kataku ketus.
Ricky menunduk semakin dalam. Bahunya bergetar. Swear, aku sungguh merasa bersalah, Aku merasa begitu egois, defensif, reaktif, aku merasa begitu jahat.
“Firdha, aku enggak papa kok enggak nonton sepak bola, asal kamu maafin aku. Aku mau kamu jadi cewekku lagi.”
Ingin rasanya berlari kepelukannya, dan bercanda lagi dengannya. Tapi aku berpaling, aku enggak mau berlama-lama dihadapan cowok itu, takut luluh.
“Iya, terus nanti kamu enggak pernah ada lagi disaat aku butuhin, nanti kamu enggak mau nganterin aku nyari buku lagi, dan lebih senang pergi sama selvi? Kalo kesini malah nonton bola sama papa? Iya?”
Selesai mengatakannya, aku berbalik dan membuka pintu, ingin segera masuk.
Ricky mengejarku, Ia mencengkeram pegangan pintu degan kedua tangannya.
“ Enggak, kok, Dha, aku janji, enggak lagi, kok,….” Pintanya
Aku melotot lagi.
“pulang sana, aku mau tidur aja.” Aku melepaskan pegangan pintu dan meninggalkan Ricky yang masih mencengkeram kenop pintu.
“Aku enggak mau pulang sebelum kamu maafin aku!!” teriaknya
“terserah…..” Aku gantian teriak, dan berlari naik keatas, masuk kamar. Aku mendengar Ricky menutup pintu dan menghentakknan kakinya. Aku mendengar derit kursi ditarik. Ricky menunggu beneran? Ah, paling 5 menit lagi Ia bakal diserang nyamuk dan pulang.
Tapi, nyatanya sampai game komputerku gameover berkali-kali, aku belum mendengar suara mobil Ricky keluar dari pekarangan. Aku bergegas turun ke ruang tamu. Aku menyingkap gorden depan. Ya ampun, ternyata Ricky tertidur pulas dikursi teras. Huh, aku pikir, Dia sedang terbengong-bengon nungguin aku sambil sesekali menepuk pipinya yang digigti nyamuk. Aku bergegas keluar. Ricky harus segera dibangunkan, kalo mama papa pulang, dan Ricky masih disini pada jam 11, aku bakal dihabisi.
Ricky seperti suci sekali saat tidur, Wajah halusnya tampak polos dan lugu. Ia seperti bukan Ricky yang suka nyengir saat aku marahi. Ia seperti sangat jujur. Aku ingin sekali menepuk pipinya dan bilang, ‘kita jadian lagi, yuk…’. Tapi,
Aku menggelengkan kepalaku.
Aku melangkah dan menyenggol kaki Ricky dengan kakiku.
“Rick, bangun, udah malem, pulang sana, “ kataku. Ricky kaget, Ia mengusap matanya dan memandang berkeliling kebingungan. Aku berbalik berusah amenahan tawa.
Rickypun bangkit dengan sempoyongan. Matanya masih tampak mengantuk. Ia menyipitkan matanya dan mencoba melihatku.
“ Dha, aku tidur sini, ya, aku ngantuk banget. Aku enggak bisa nyetir sendiri. Diluar juga enggak papa deh, aku ngantuk banget.” Pintanya dengan mata setengah tertutup.
Aku menggelengkan kepala dan berkacak pinggang.
“Enggak bisa. Pokoknya pulang!!!!!!” teriaku.
Ricky menarik nafas panjang dengan jengkel.
“ Oke, oke, aku pulang, jangan teriak-teriak,” ujarnya tanpa semangat. Kemudian melangkah pergi menuju mobilnya. Ia nyaris terjatuh tersandung kerikil. Ia masuk ke mobil dan menyalakan mesin. Aku melihatnya melipat kedua tangan diatas roda kemudi, dan meletakkan kepalanya disana. Aku mengamatinya, Ia masih dalam posisi yang sama beberapa menit kemudian. Hei, Rick, kamu kenapa?
Tapi kemudian aku tahu. Aku menarik nafas
“Ricky….!!!!!!” Teriakku.
Darikaca depan, aku melihat Ricky kaget, terbengong-bengong, dan sadr ia baru saja tidur lagi. Ricky mengucek matanya sebentar, dan menjalankan mobilnya.
Mobil Ricky meninggalkan rumahku degnan cepoat, Aku segera masuk dan mengunci pintu,
Aku berbaring begitu sampai kamar. Tapi sekonyong-konyong pikiran-pikiran buruk berkelebat dalam benakku. Ricky menyetir dalam keadaan setengah tidur. Bagaimana kalo Ricky menabrak pohon, kepalanya terbentur dashboard, dan retak. Mobilnya ringsek, kaca depan pecah,dan Ricky terjepit didalamnya, tak bisa keluar, sampai pagi, sampai seseorang menemukannya dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Setiap malam sesudah itu, hantu Ricky akan mengejar-ngejar aku, menyalahkan aku atas semua yang trjadi.
Atau, bagaimana kalo Ricky menabrak mobil didepannya, Tabrakannya begitu hebat sampai kedua mobil itu hancur dan meledak, dan Ricky hanya akan menjadi debu.
Aku bergidik membayangkan apa yang terjadi. Seharusnya aku mengantarnya pulang, dan nanti ada tante Mirna yang mengantarkan aku pulang kembali kerumah. Tapi aku malah nenyuruhnya pergi dalam keadaan mengantuk.
Aku tidak tau sejak kapan air mata ini turun, yang jelas aku khawatir sekali pada Ricky. Aku menelphon nomor rumah Ricky, tak ada yang mengangkat. Kemudian nomor hape Ricky, tidak aktif, Aku putus asa dan memutuskan untuk menunggu samapi besok pagi.
Semoga Ricky baik-baik saja. Baik-baik saja.
***
Sudah 15 menit berlalu sejak bel masuk berbunyi. Tapi aku tidak melihat Ricky dimanapun. Setiap gerakan diluar kelas tak bisa aku leawtnkan sedikitpun.
Jam 10.15, Rasanya sudah terlalu siang bial Ricky harus terlambat. Aku berjalan menyusuri koridor kelas. Semoga Ricky ada dikantin, sedang duduk dipojokan dan ketakutan masuk kelas karena terlambat.
Semoga ada Ricky disana, sedang nyengir kuda , dan tidak terjadi apa-apa padanya.
Aku berdiri didepan pintu kantin. Aku memandang berkeliling. Yang ada hanya gerombolan anak-anak yang berebutan makanan. Tak ada Ricky.
Oh Tuhan, dimana Ricky berada.
Jangan-jangan tadi malam, karena mengantuk, mobilnya nyasar sampe ke pinggir kota, mobilnya jatuh kejurang, Ricky meninggal, dan tidak ada yagn menemukannya. Dan sekarang Ia masih disana, tidak bernyawa.
Aku menggigil. Tidak-tidak, Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalo Ricky sampai meninggal.
Tiba-tiba sebuah tangan menepukku dari belakang. Itu pasti tangan polisi, rupanya Ricky sudah ditemukan, dan sekarang, mereka meminta keteranganku, karena akulah yang terakhir melihat Ricky. Aku membalikkan tubuhku
Dan aku melihat Ricky dihadapanku, tertunduk lesu, tasnya tersampir dibahu, Dan Ia utuh, tidak luka-luka,
“Ricky, kemana saja, sih, kamu enggak kenapa-napa, kan? Maaf, ya, tadi malam maksa kamu pulang sendiri. Aduh, senengnya bisa liat kamu lagi. “ Aku langsung berbicara tanpa henti. Aku meraih tangannya, memastikan tidak terjadi apa-apa pada tangannya, tubuhnya, kepalanya, apakah ada memar, ada bagian yang berdarah, Tidak, Utuh. Ricky utuh, tidak lecet sedikitpun.
Aku menarik nafas lega. Aku lupa aku sudah putus dengan Ricky.
“Hai, Dha, aku baik-baik aja, Cuma tadi terlambat, belum ngerjain tugas bu salma, kamu sih, enggak mau nyontekin aku….” Kata Ricky
Aku tersenyum dan mengacak rambutnya yang lebat dan hitam, Jengkel, lega, berdosa, menjadi satu dalam otakku.
“ Kamu, sih, makanya jangan bikin aku sebel. Aku pikir kamu sudah meninggal atau apa, gitu, habis kamu kelihatan ngantuk banget tadi malem.” Ucapku degan wajah cemberut. Ricky nyengir lebar, mukanya yang putih dengan 1-2 jerawt itu tambah cakep kalo tersenyum.
“ Aku kan bisa nyetir sambil tidur, “ Ia tertawa, “Dha, maafin aku, ya, aku bakal mau deh, kamu suruh apa aja.” Katanya serius, Aku terhenyak. Well, Rick, aku juga bakal bisa lama-lama marah padamu. Aku maju selangkah meraih tanggannya.
“Ya, deh, tapi kamu janji enggak akan duain aku dengan pertandingan bola manapun juga.” Aku menuntut.
Ricky nyengir, di lepakannya tanganku, dan ganti dia yang menggenggam tanganku dengan kuat. Sambil tangan kanannya menjepit hidungku dengan jempol dan telunjuknya,
“ya, deh, janji” Katanya.
Betapa bahagianya aku.
***
Hari minggu, sabtu kemarin kami menghabiskan malam minggu di kafe baru, puas berduaan sambil makan keripik. Hari ini, setelah, kami menyelesaikn peer kami, kami ngobrol diteras. Tapi kemudian pindah ke ruang tamu, karena tersa terlalu dingin. Aku baru saja meletakkan buah halmaku di puncak segitiga, ketika Ricky tiba-tiba terlonjak, telinganya tegak. Suara presenter pemnbawa acara sepak bola terdengar centil dari ruang tengah.
Ricky memandangku penuh harap.
“Please, Dha….” Katanya memelas
Aku mengangkat bahuku. Ricky tetap akan menjadi Ricky, pikirku. Ia bergegas ke ruang tengah.
“Sudah mulai. Oom?” Tanyanya pada Papa.
“Belum kok, duduk, gih” jawab Papa.
Aku mendengus kesal, dan menghentakkan kakiku.
***

sudahlah

sudahlah, tutup buku, mulai buka buku baru. enggak semua peristiwa yang enggak menyenangkan harus diakhiri dengan tangisan. Kadang, sesuatu yang berakhir buruk juga perlu untuk diketawain. sudahlah, kadang memang harapan harus berakhir. Dan seharusnya korban tidak boleh kecewa. Memang begitukan seharusnya korban. kalah, diam, pasrah. Sudahlah.....

April 20, 2008

............

karena malam kita berbeda
kita tak pernah bisa bertemu
untuk sekadar berbincang
membicarakan anak-anak kita
yang beranjak dewasa

kalau kita hanya bertemu lewat mimpi
mari kita bicarakan
tentang kebun kacang kita
yang lama tak tersentuh
atau rumpun-rumpun mawar kita
yang kering tak tersiram

atau bila tangkupan jari-jari kita tak lagi bertemu
dan mata kita tak bisa saling bertatap lagi
dalam hati saja kita bicara
tentang jalan-jalan yang tak terlewati lagi
tentang rindu yang tak terjawab lagi

dan bila kita selamanya tak bertemu
cukup kita katakan pada bintang-bintang
bahwa kita pernah ada
dalam peluh dan sedu sedan
dalam debu dan tetesan keringat

terimakasih, bintang
karena engkau pernah memberi kerlip terang
jangan tersenyum lagi padaku

April 18, 2008

Lagi ditampar Tuhan

Saya sungguh heran, saya itu orang yang banyak dosa, sering menghujat dan menyalah-nyalahkan Tuhan, sering merasa tidak diperlakukan dengan adil oleh Tuhan. Tapi, kok ya Tuhan masih mau-maunya peduli pada saya, masih mau-maunya menampar pipi saya keras-keras, hingga saya terpelanting, jatuh tersungkur, dan seakan-akan Dia bilang, ka, kembalilah ke jalan yang benar. Mungkin memang begitu cara Tuhan membuat saya berhenti sejenak, dan berfikir masak-masak. Setelah sekian lama saya berjalan sambil menegakkan dagu keatas, berjalan pongah, dan sering menunjuk-nunjuk mukanya. Dan saat itu waktu berjalan dengan amat cepat, tiba-tiba dazhhh, saya jatuh dan remuk. saya tersungkur, dan ketika memandang ke atas, saya melihat kaki Tuhan pas dimuka saya.
Tapi, saya kok jadi geer sendiri, Saya merasa, saya ditampar Tuhan itu, karena Tuhan sayang sekali dengan saya. Dia mungkin ingin menyadarkan saya, bahwa saya harus menghadapi semua yang saya perbuat, bukan lari, masuk kamar, dan berharap beberapa hari kemudian semua hanya akan menjadi kenangan. Sepertinya, setelah Dia menampar saya, kemudian di menyeret saya ke inti permasalahan, dan bilang, face it.
Hmmmm, sampai di rumah, saya jadi membuka-buka catatan-catatan saya jaman kuliah dulu. Betapa saya sering sekali menulis bahwa saya nelongso sekali, dan selalu meminta bantuan Tuhan. Betapa saya iri dengan orang lain, saya sambat, tapi dengan bahasa yang halus, sambil memuji-muji nama Tuhan. Saya dulu bangun pagi dan menuntun sepeda saya keluar rumah, tapi saya tidak marah-marah, saya hanya sedikit nggresulo, kok saya susah gini, ya. Tapi saya tidak marah-marah, saya hanya meminta keadaan yang lebih baik. Saya ingat terbangun tengah malam dan menunduk menghadap kiblat, untuk kemudian mengerjakan catatan2 kuliah, karena dulu, untuk fotocopipun, saya masih sangat sayang. Dan saya sedih sekali, ketika ingat, bahwa saat itu, saya lebih sabar dari sekarang. Tidak ada kopi tengah malam. Tidak ada makan siang. Tidak ada kletian. Bayangkan, dulu saya sempat mencoba menghafal Asmaul Husna.
Tapi sekarang, makin mapan kok saya malah makin menjauhiNya. Saya malah menambah pengetahuan saya dengan mencicipi dosa-dosa lain. Saya kok bukannya bersukur malah terus-terusan ingkar. Bahkan, saking berdosanya saya, saya sampe kadang tidak punya muka untuk menemuinya.
Lha sekarang kok Tuhan masih mau-maunya menampar muka saya. Kok masih peduli pada saya yang tidak punya apa-apa ini. Padahal saya begitu kotor....
Tuhan, maaf ya, pernah mengira Engkau tidur. Pernah menyalah-nyalahkanMU atas semua yang terjadi. Terima kasih sudah menampar saya, lewat semua pelajaran yang Engkau berikan pada saya. Semoga mata saya tidak terlampau buta lagi untuk melihat semua nikmat yang sudah Engkau beri.

April 13, 2008

bosaaaaaaaaaaaaaan

hey kamu yang baru saja datang ke rumah saya,
maafkan saya yang meminta terlalu banyak. Saya tau kamu enggak bisa memenuhi permintaan saya. Jadi sebenarnya, untuk apa kamu datang?. Agar saya semakin tau bahwa kita memang sungguh berbeda, tidak cocok, dan tidak ada harapan lagi untuk saya?. Sudahlah, pikiran saya sudah terlalu penuh untuk memikirkan hal yang enggak penting ini. Saya sudah cukup penat dengan segala hal yang terjadi beberapa hari ini. Seharusnya kedatanganmu bisa membuat saya feel better. Tapi lihat, kita hanya menambah dosa saja. Dan lihat, saya juga tidak lebih baik dari sebelum kamu datang.
Jadi kalo kamu menantang saya, apakah saya bisa hidup tanpa kamu, tentu saja saya bisa. Dunia ini kan tidak bergantung padamu saja. Jadi, kamu sekarang paham kan, kalo keren itu bukan cirikhas saya?. Kalo saya bisa memakai baju apa saja keluar rumah, sedang kamu tidak. Saya tidak bisa terus2an sok rapi dihadapanmu. Saya tidak bisa pura2 tidak haus dihadapanmu, hanya supaya kamu tidak menanggung malu berjalan dengan cewek yang menyeruput es teh setiap waktu. Saya ya begini, saya hanya cewek yang tidak tau malu, yang terlalu cuek dengan keadaan saya. Saya tidak bisa sepaham dengan kamu. Bukankah sudah habis waktu kita untuk berdebat mengenai hal ini?
Jadi kalo saya masih tetap bersamamu. Itu pasti hanya karena tidak ada orang lain lagi yang mau menemani saya. Dan kalo kamu masih mau menemani saya, pasti karena kamu hanya ingin menuntaskan keinginanmu, ya kan?. eniwei, trimakasih banyak sudah mau datang. Waktumu kan sempit sekali sekarang, kan?. Paling enggak, ada seseorang yang seperti orang lain punya, yang bisa diceritakan pada orang lain. Supaya saya enggak dicap orang aneh, karena menjadi tidak sama dengan orang-orang normal. Dan kamu harus tau, bahwa saya tidak akan pernah mencoba menjadi seperti kamu lagi. Tidak akan pernah mencoba menjadi seperti yang kamu inginkan. Saya sudah cukup capek dan bosan. Bosan menunggu, bosan berharap, bosan berpura-pura.
Kalo saya sering memintamu tinggal, saya itu sedang meraba-raba, sedang mencari tau, kenapa semakin lama, bukannya kita menjadi baik, tapi kok saya malah jadi bosan. Saya malah sering bertanya-tanya kenapa kita masih bertemu padahal, jelas kita tidak tidak klik lagi. Kita hanya merajut dosa-dosa, honey. Dan rasanya dosa kita sudah setinggi gunung. Hingga kadang saya tidak punya nyali untuk berhadapan denganNya. Padahal, dulu saya begitu percaya. Bukan, bukan karena kamu, semua memang saya yang salah. Bukankah saya yang selalu memulai?.
Jadi, beib, saya sedang mencoba membiarkan rasa ini terbang dan menguap. Saya bisa kok melupakan nomor telpon yang dulu saya hafal luar kepala. Jadi, saya pasti juga bisa menghilangkan semua hal sudah pernah terjadi.
Kalo kamu tidak ingin datang, jangan datang. Lebih baik kamu mulai menemui wajah-wajah lain. Kamu tau, wajah lain itu mungkin lebih suci dan lebih bisa memakai baju pantas bila pergi bersamamu. Mungkin wajah baru itu bisa berjalan selambat kamu. bukan seperti saya yang selalu berjalan didepanmu, karena kamu terlalu lamban. Mungkin wajah lain itu, tidak akan membuatmu malu dengan memintakan diskon pada pembelian bajumu seperti saya. Mungkin wajah baru itu tidak akan cepat haus seperti saya, hingga dia tidak pernah membawa bungkusan es teh kemana-mana. Atau botol minum, atau cemilan didalam tas. Mungkin wajah lain itu hanya suka tehmanis hangat yang diseduh di cangkir porselen putih, bukan seperti saya yang minum kopi 3 kali sehari di dalam mug plastik biru jelek yang besar. mungkin wajah baru itu akan memakai blus, rok dan sepatu bagus kemana-mana, bukan seperti saya yang hanya berkaus dan bersandal jepit kemana2. Mungkin wajah lain itu tidak akan muntah naik kereta mahal seperti saya. mungkin wajah itu akan lebih sabar menunggumu meyeberang, menikmati naik motor cowok sambil berpegangan erat ke pinggangmu, bukan seperti saya yang turun di jalan karena kamu terlalu lama menyebarang, atau terus2an mengeluh karena tempat duduk penumpang di motormu terlalu sempit. Dan jelas, wajah itu tidak akan membuatmu bosan. Kamu pasti akan tampak seperti pahlawan dihadapannya. Karena kan tidak semua cewek memegang palu, dan membetulkan rak bukunya sendiri.
Sudahlah, saya sudah capek mengeluh. Kamu masih boleh datang, kok. Saya tidak akan pernah mengusirmu, kapan saja kamu mau, saya ada. Tapi saya tidak akan pernah sambil melihat wajahmu. Saya akan memalingkan muka. Supaya kamu bisa membayangkan wajah lain kalo sedang bersama saya.
Terimakasih sudah mau datang. Oh, iya, kamu lupa tidak bilang terimakasih pada saya. Jangan lakukan itu pada orang lain, ya. Dan kalo kamu masih punya nyali untuk menemui Tuhan, sampaikan salam saya, ya. Tolong bilang, saya masih tidak punya muka untuk bertemu denganNya.

April 11, 2008

hmmmph

saat ini, saya lagi dalam keadaan tidak baik dan mood saya benar2 jelek.


Saya memang miskin, saya bergantung hidup padamu. tapi menjadi miskin bukan berarti bebas kamu hina, caci, dan kamu salah2in, kan? memangnya hanya orang kaya saja, yang ketika sedang enggak mood, semua orang enggak boleh mengganggunya, iya?. Saya benar2 ingin pergi dan tidak kembali lagi. Saya benar2 sudah muak. saya sudah bosan disini. saya sudah benar2 ingin pergi. Dan sialnya, saya bukan orang yang pandai membela diri, saya hanya bisa diam dan bilang, oke, saya salah, kamu benar. jadi apa yang harus saya lakukan lagi?

Saya benci diri saya yang sering mengaku salah, padahal, kadang saya tidak tau dimana letak kesalahan saya. Saya benci tidak bisa menonjok mukamu, atau menggores2 tubuhmu dengan silet, atau menyantetmu sekali-kali. Saya benci menjadi orang yang selalu salah, hanya karena kamu yang berkuasa disini. Saya benci saya tidak bisa marah-marah seperti kamu. Untunglah saya punya tempat ini.
Banyak referensi yang mendukung saya untuk sign out. Tapi saya takut. Saya takut tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. saya takut saya tidak dikelilingi orang-orang yang saya kenal baik. Saya takut hilang. Saya takut saya sendirian. Saya takut saya menjadi kerdil. Saya takut semua teman baru saya akan memandang saya dengan tatapan aneh. Saya takut saya tidak berteman. Saya takut saya salah. Saya takut.
Tapi terlalu lama disini membuat saya semakin stress. saya bahkan merasa bahwa saya sudah setengah gila disini. Maafkan saya yang pemarah ini. tapi bahkan orang paling sabar seduniapun akan marah juga bila mendapat perlakuan seperti ini. Dan maaf juga, urat senyum saya sudah putus sejak beberapa hari ini. susah sekali membuat bibir ini melengkung keatas 2 cm. lihat, terlalu lama disini, saya sampai kehilangan urat senyum saya.
Jadi, saya memutuskan, sebulan ini saya akan berfikir dan menimbang-nimbang, apakah saya akan pergi, atau terus, saya akan hitung setiap konsekuensinya, saya akan hitung untung ruginya, dan bukan depan saya akan memutuskan. Semoga kelak, pilihan apapun yang saya ambil, saya sudah punya mindset yang berbeda tentang bekerja. Semoga kelak saya tidak perlu melibatkan perasaan iba, kasihan, sayang, dan rasa memiliki pada perusahaan. Toh, apa yang saya lakukan untuk itu hanya akan memperkaya kamu. dan saya seterusnya akan tetap miskin. semoga saya bisa.
Hey, kamu, kamu pernah bilang kan, bahwa pemimpin yang baik dulunya adalah bawahan yang baik. Jadi, jelaskan kalo kau bukan pemimpin yagn baik. Kamu kan tidak pernah menjadi bawahan.


Sebel, benci, muak......

April 10, 2008

April 09, 2008

ibu

Namanya Surtini, tapi Beliau sering menambahkan kata sri atau kesumah pada namanya sendiri. Gaya, kan?. Beliau Ibuku, tapi kami ke lima anaknya memanggilnya dengan nama yang berbeda. Mbak saya, memanggilnya Bunda, dengan panggilan keren, bun. Adik saya nomor nomor tiga, memanggilnya nyokap. Adik saya nomor 4, yang lagi seneng2nya belajar bahasa inggris, memanggilnya dengan sebutan mom,dan adik saya yang paling bontot, memenggilnya mama, sama dengan kebanyakan oprang sunda memanggil ibunya. sedang saya memanggilnya ibu.
ibu saya, hafal dengan cara anak2nya memanggilnya, Jadi kalo sedang bicara degan mbak saya, ibu menyebut dirinya sendiri bun, -ibu jarang menggunakan kataganti orang pertama kalo bicara dengan kami- begitu juga dengan anak2nya yang lain. Bayangkan jika ibu saya bicara langsung dengan kelima anaknya. Pasti pusing sendiri.
Ceritanya pas nunggu kereta dengan saya, ibu cerita tentang petualangan nya menghajar tukang sapu yang kereta yang hendak mencuri sandalnya. Waktu itu, ibu sedang dalam perjalanan ke Kutoarjo naik kereta malam dari Tasik, -ibu tinggal di tasik-. Beliau tidur2an pas kerasa ada suara kresek2 di kakinya, Jadi Ibu bangun dan sangat terkejut mendapati sepasang sandal yang tadi dipakenya sudah raib. Ibupun berlari-lari mengejar si pencusi sandal, yang tak lain adalah tukang sapu kereta. Begitu dapet, Ibu langsung nggajul si pencuri dan merebut paksa sandalnya. Akhirnya si pencuri menyerah, dan Ibu mendapakan kembali sandalnya. Nah, ibu kan tidak jadi nyeker ke rumah.
Begitulah ibu saya, yang selalu geram dan marah bila mendengar berita pemerkosaan dan penganiayaan dalam keluarga. Ibu saya yang jualan kelapa dengan suaminya. Ibu saya yang tetep gaya meski sudah ada beberapa uban di kepalanya. ibu saya yang setiap sms selalu bertanya, apakah saya sudah potong rambut belum. Ibu saya yang tidak melarang saya memakan apapun yang saya suka, kecuali, jangan banyak-banyak makan saos, sambel banyak-banyak, mie instan banyak-banyak, gorengan banyak-banyak. dan jangan minum es banyak-banyak. Satu-satunya ibu saya yang paling oks sedunia. Jadi berhayal, kapan bisa mbeliin ibu saya sandal serep, jadi nanti kalo ada yang nyolong sandal ibu saya, ibu masih punya sandal lain. dan ibu tidak perlu berlagak jadi pendekar kaipang lagi untuk memperebutkan sandalnya. Atau membelikan ibu karcis kereta bagus, supaya ibu saya tidak perlu lagi kecurian sandal.....
Jadi kalo Agnes monica, bertanya-tanya dimana letak surga itu, jawab saya, surga ya di telapak kaki ibu....



(Bu, kapan budal jogja, kok aku g tau ditiliki.....)

pulang......

ini cerita pas pulang dari bandung

yiha....akhirnya pulang juga. Tapi saya kapok naik kereta bagus. jadi, saya naik KRD ekonomi dari stasiun bandung ke stasiun kiara condong. Habis itu, nebeng kereta lain ke jogja. Dasar kereta ekonomi, kertanya penuh banget, empet2an sama berbagai macam orang, dengan aroma yang aneh2. Saya berdiri dari bandung sampe Banjar. Tapi, saya enggak pusing, enggak mual,dan enggak muntah. Dan seluruh perjalanan itu saya melek.
Dan begitulah..., saya sampe jogja pagi jam lima seperempat. karena masih kepagian,dan kunci kos saya ketinggalan di kantor, jadi, ya saya nebeng tidur dulu di bangku stasiun lempuyangan sampe terang. Wis, jan persis kere... hehe. sampe ada bis lewat, habis itu ke kantor.
Perjalanan yang hemat dan menyenangkan. gimana enggak, saya cuma habis 10.000 sampe jogja, ngobrol2 sama orang2 di perjalanan, disuguhi pemandangan peragawan dan peragawati yang berjalan hilir mudik membawa dagangan, musikal tangis bayi yang kepanasan di kereta, juga pak kondektur yang sok tegas, padahal akhir2nya minta uang tambahan aja. Saya kapok naik kereta mahal, yang pak kondekturnya sopan banget mbangunin orang untuk minta karcis, yang orang2nya begitu naik, pesen bantal terus tidur. yang asongan2 kereta enggak boleh naik. yang kamar mandinya selalu penuh air, sehingga kita enggak harus nglarisi bakul aqua untuk sekadar pipis. haha. kok saya jadi sok gini, ya... mungkin suatu saat, saya enggak akan muntah lagi naik kereta bagus. mungkin....

April 02, 2008

jogja_bandung

hitam. pekat
orang-orang tertidur pulas
aku berjalan sempoyongan
sakit perut

02.30
semua mata terpejam
kereta berjalan gila-gilaan
semua diam
hanya aku yang tak bisa terpejam

tak ada yang saling menyapa
bahkan sekadar bertanya
mau kemana,
tak ada peragawan dan peragawati
yang berjalan sempoyongan
membawa beban di kepalanya
tak ada yang misuh-misuh
tak ada apa-apa

hanya aku yang
sempoyongan
hampir jatuh
muntah-muntah
katanya bisnis....


(pada perjalanan naik kereta bisnis pertamaku, haha, beginilah kalo seumur hidup naik kereta ekonomi, dan enggak beli tiket, begitu naik bisnis malah muntah. haha)