April 18, 2008

Lagi ditampar Tuhan

Saya sungguh heran, saya itu orang yang banyak dosa, sering menghujat dan menyalah-nyalahkan Tuhan, sering merasa tidak diperlakukan dengan adil oleh Tuhan. Tapi, kok ya Tuhan masih mau-maunya peduli pada saya, masih mau-maunya menampar pipi saya keras-keras, hingga saya terpelanting, jatuh tersungkur, dan seakan-akan Dia bilang, ka, kembalilah ke jalan yang benar. Mungkin memang begitu cara Tuhan membuat saya berhenti sejenak, dan berfikir masak-masak. Setelah sekian lama saya berjalan sambil menegakkan dagu keatas, berjalan pongah, dan sering menunjuk-nunjuk mukanya. Dan saat itu waktu berjalan dengan amat cepat, tiba-tiba dazhhh, saya jatuh dan remuk. saya tersungkur, dan ketika memandang ke atas, saya melihat kaki Tuhan pas dimuka saya.
Tapi, saya kok jadi geer sendiri, Saya merasa, saya ditampar Tuhan itu, karena Tuhan sayang sekali dengan saya. Dia mungkin ingin menyadarkan saya, bahwa saya harus menghadapi semua yang saya perbuat, bukan lari, masuk kamar, dan berharap beberapa hari kemudian semua hanya akan menjadi kenangan. Sepertinya, setelah Dia menampar saya, kemudian di menyeret saya ke inti permasalahan, dan bilang, face it.
Hmmmm, sampai di rumah, saya jadi membuka-buka catatan-catatan saya jaman kuliah dulu. Betapa saya sering sekali menulis bahwa saya nelongso sekali, dan selalu meminta bantuan Tuhan. Betapa saya iri dengan orang lain, saya sambat, tapi dengan bahasa yang halus, sambil memuji-muji nama Tuhan. Saya dulu bangun pagi dan menuntun sepeda saya keluar rumah, tapi saya tidak marah-marah, saya hanya sedikit nggresulo, kok saya susah gini, ya. Tapi saya tidak marah-marah, saya hanya meminta keadaan yang lebih baik. Saya ingat terbangun tengah malam dan menunduk menghadap kiblat, untuk kemudian mengerjakan catatan2 kuliah, karena dulu, untuk fotocopipun, saya masih sangat sayang. Dan saya sedih sekali, ketika ingat, bahwa saat itu, saya lebih sabar dari sekarang. Tidak ada kopi tengah malam. Tidak ada makan siang. Tidak ada kletian. Bayangkan, dulu saya sempat mencoba menghafal Asmaul Husna.
Tapi sekarang, makin mapan kok saya malah makin menjauhiNya. Saya malah menambah pengetahuan saya dengan mencicipi dosa-dosa lain. Saya kok bukannya bersukur malah terus-terusan ingkar. Bahkan, saking berdosanya saya, saya sampe kadang tidak punya muka untuk menemuinya.
Lha sekarang kok Tuhan masih mau-maunya menampar muka saya. Kok masih peduli pada saya yang tidak punya apa-apa ini. Padahal saya begitu kotor....
Tuhan, maaf ya, pernah mengira Engkau tidur. Pernah menyalah-nyalahkanMU atas semua yang terjadi. Terima kasih sudah menampar saya, lewat semua pelajaran yang Engkau berikan pada saya. Semoga mata saya tidak terlampau buta lagi untuk melihat semua nikmat yang sudah Engkau beri.

2 komentar:

  1. halu kamu yg kancilen malem2 tempo hari...

    sowi, kmaren pas lagi mati terus hpnya. lagi pengen menyendiri. maaf ya...

    BalasHapus
  2. nafsu lawamah adalah nafsu yang selalu mencaci, ia berpindah-pindah antara kesadaran duniawi dan uhkrowi, bagaikan siti hajar yang mencari air ditengah dipadang pasir demi Ismail anaknya tercinta;
    hidup adalah sandiwara, perjalanan, pelajaran, dan yang paling utama adalah ibadah menuju Tuhan yang menciptakan manusia

    BalasHapus

monggo......