November 25, 2010

mencontek dan korupsi

subuh hari beberapa bulan yang lalu, teman saya sejak smp, siti salamah p.a, bercerita tentang beratnya menjadi guru jaman sekarang. suatu hari ia terpaksa merobek pekerjaan 2 siswanya karena ketahuan men-contek di depan matanya. waktu saya tanya apa ia tidak takut nanti akan dicap menjadi guru killer, ia menjawab tidak takut. ia bilang, 2 siswanya itu sudah keterlaluan. ia ingin siswanya menghargai keberadaannya sebagai guru. waktu saya bilang, biarlah sekali dua kali siswa nyontek. orang kan perlu melakukan sedikit kebohongan untuk menghargai arti kejujuran. *tsaaahhhh* tapi teman baik saya itu berkeras bahwa kebohongan kecil, lama-lama membuat orang terbiasa dan tidak peka lagi. lalu meluncurlah kalimat sakti dari mulutnya:


"nyontek itu membentuk karakter koruptor, mek."



saya diam-diam seperti di pukul kayu. karena jaman sekolah dulu, saya tukang nyontek. hehe. contekan di kertas kecil itu layaknya jimat bagi saya. sampai-sampai saya dan teman-teman membuat guyonan bahwa kami gak akan pede masuk ke ruang ujian tanpa bekal contekan. :D

dan benarlah seperti itu kejadiannya. saya memang belajar keras di rumah, sampai saya selalu minta dibangunkan subuh-subuh oleh mbah simak agar bisa belajar dulu sebelum ujian. tapi teteeep saja saya selalu 'sangu' contekan si kantung baju saya. sedia payung sebelum hujan, pikir saya.

sampai suatu ketika saya benar-benar ketahuan mencontek. sampai di jewer bu guru segala. sejak itu saya tidak pernah mencontek lagi. sampai saya lulus sekolah di Jogjapun, saya tidak mencontek. (meski kalo benar-benar blank, saya terpaksa meminta jawaban pada teman yang mencontek. hehe)

untunglah sekarang saya tidak (belum, semoga tidak) menjadi koruptor. saya curiga mungkin koruptor-koruptor itu tadinya adalah pencontek-pencontek di sekolahnya. :D



mungkin benar berat menjadi guru, seperti teman saya itu. kadang sedih juga kalo melihat karakter guru yang tidak pada tempatnya. sering mangkir dari pekerjaannya, memaki-maki di kelas, marah sampai memukul siswa, mencabuli siswanya sendiri, pilih kasih, menjual soal ujian, memanfaatkan siswanya untuk ikut les ini itu yang ujung2nya untuk menambah tebal kantongnya sendiri, dan sebagainya. tapi saya percaya akan selalu ada orang-orang baik yang ditakdirkan menjadi guru yang bertanggung jawab, peduli dan memikirkan karakter yang mungkin terbentuk pada murid-muridnya atas pengajarannya.



selamat hari guru, siti. dan seluruh guru di Indonesia.

November 21, 2010

ceritakan padaku sebuah kisah

"ceritakan padaku sebuah kisah" pinta anak kecil kepada wanita muda cantik jelita pada hari minggu jam delapan pagi. wanita muda yang tak lain ibunya itu menghentikan sapuan bedak di wajahnya, tersenyum, dan menggandeng si bocah kecil ke ruang tengah dimana televisi besar berada. ia menyalakan televisi, dan mencarikan film-film kartun minggu pagi untuk anaknya,

"kisah ini yang kau maksud, kan, sayang?" katanya pada si kecil.

dan ia melanjutkan kegiatan berdandannya. suaminya sudah menunggu untuk pergi kondangan ke seorang kolega.



***

"ceritakan padaku sebuah kisah" pinta anak kecil kepada wanita muda cantik jelita pada jam empat sore di hari minggu. wanita muda yang tak lain ibunya itu menghentikan obrolan di telphon dengan seorang sahabatnya, ia tersenyum, dan mengambilkan sebuah buku cerita anak untuk anaknya.

"kau sudah pintar membaca, kan, sayang? baca sendiri, ya." katanya pada si kecil.

dan ia melanjutkan obrolan di telpon genggamnya lagi.

"sampai mana tadi, ya, jeng?" tanyanya pada benda bernama telphon itu.



***

"ceritakan padaku sebuah kisah" pinta anak kecil pada seorang eksekutif muda yang baru saja pulang main tenis pada jam delapan malam di hari minggu.

eksekutif muda yang tak lain ayahnya itu tersenyum, meletakkan peralatan tennisnya, membuka tasnya, dan mengeluarkan keping vcd bergambar robot.

"minta mama menyetelnya untukmu, ya, sayang." katanya pada si kecil.

ia menyerahkan vcd pada anaknya, mencium pipi anaknya, dan cepat-cepat ke kamar mandi. harus segera mandi, pikirnya, bahan untuk presentasi di kantor esok pagi harus selesai malam ini.



***



ibu guru muda membaca tulisan murid-murid kecilnya. hari sabtu kemarin, di pelajaran bahasa Indonesia, ibu guru memberi tugas murid-muridnya untuk meminta orang tua mereka bercerita atau mendongeng, kemudian menuliskannya di kertas. ibu guru muda ingin anak didiknya mendengar cerita atau dongeng dari orang tuanya. ibu guru muda tertegun membaca tulisan anak kecil.



"ceritakan padaku sebuah kisah" kataku pada mama. lalu mama menyetelkan tivi untukku. lalu mama memberiku buku cerita untuk kubaca sendiri.

"ceritakan padaku sebuah kisah" kataku pada papa. lalu papa memberiku vcd cerita robot.

sepertinya mama dan papa tidak punya cerita apa-apa untuku, buguru.







sudah kau ceritakan sebuah kisah untuk anakmu, malam ini?

November 14, 2010

ikuti suara hati

Saya termasuk orang yang punya khayalan sangat tinggi. Dipicu oleh sedikit hal saja, imajinasi liar saya bisa ndladrah kemana-mana. misalnya, beri saya gambar kue dengan coklat yang berleleran, maka saya akan membayangkan bahwa kue itu adalah kue bikinan saya sendiri, di buat di dapur elegannya si beib di global tivi, badan saya seksi seperti farah quinn yang memasak dengan lihai dan penuh gaya, di tunggui suami dan anak-anak saya yang imut-imut, di sebuah rumah mungil nan asri. bla-bla-bla. nah, kan, jadi ngelantur.

pokoknya jadi seperti itulah. kadang-kadang saya juga membayangkan hal-hal yang mengerikan. misalnya ketika saya naik motor sendirian di malam hari, saya membayangkan ada seorang psikopat naik mio putih menebas leher saya, lalu saya terjatuh dari motor dan tiba-tiba ada truk besar yang melidas tubuh saya, lalu tubuh saya remuk-remuk, tidak ada seorangpun yang akan mengenali jasad saya...

hiyyyy. ngeriiii.....

seperti pagi tadi. Pulang dari tempat kerja, seperti biasa, saya menaiki jembatan layang janti, terus keselatan, memilih jalur roda dua, terus menuju perempatan blok o. kira-kira kurang 200 meteran dari perempatan blok o, saya berpapasan dengan seorang bapak yang menuntun sepeda tua, sarat dengan barang-barang rongsokan. di belakangnya, berjalan terponta-pontal seorang ibu kurus -mungkin istrinya- mengikuti dari belakang sambil sesekali mengambil barang dari jalan. pemandangan yang biasa, sebenarnya. tetapi menjadi tidak biasa, karena sambil lalu, saya merasa seperti melihat lengan kurus menyembul dari keranjangnya yang penuh barang tetek bengek.

Saya berusaha tidak mempedulikannya. jalan terus, ka. kata saya.

tapi tidak. saya tidak bisa mengalihkan pikiran saya dari lengan kurus yang menyembul dari keranjang rongsok si bapak. pikiran saya mengembara kemana-mana.

mungkinkah bapak itu seorang pembunuh yang sedang berusaha membuang korbannya?

bagaimana kalo bapak itu adalah korban meletusnya gunung merapi yang sedang mencari pertolongan. ia membawa saudaranya yang telah mati menuju gedung Jogja Expo Center yang dijadikan barak pengungsian untuk memminta bantuan.

atau, bisa saja bapak itu membawa anaknya berobat ke rumah sakit di pojokan perempatan blok o. anaknya terkena demam berdarah akut, si bapak sudah meminta bantuan kemana-mana tapi tak ada yang mau menolongnya, sehingga anaknya ia angkut sendiri dengan sepedanya. bagaimana jika terlambat? bagaimana jika anaknya mati di dalam keranjangnya?

pikiran saya melayang-layang tidak karuan. saya merasa harus berbalik dan melihat apa yang ada di balik keranjang si bapak. rasanya seperti, ummmm, kebelet pipis sangat. rasanya kau harus cepat-cepat kembali kekamar mandi kalo tidak mau ngompol di celana. seperti itu.

sampai akhirnya, setelah perempatan blok o, di depan pom bensin, saya memutuskan untuk berbalik.

saya tidak tau apa yang akan saya lakukan.

tapi saya benar-benar perlu berbalik untuk melihat apa sebenarnya itu.

seandainya si bapak benar-benar pembunuh, mungkin saya bisa menyelamatkan barang buktinya,

seandainya si bapak benar korban erupsi merapi, saya bisa membatu mempercepat jalannya menuju JEC.

seandainya si bapak benar membawa anaknya yang terserang demam berdarah, saya bisa membantunya cepat-cepat ke rumah sakit.

apa saya yang saya bisa.



saya cepat-cepat memacu motor saya agar tidak tertinggal.

dari jauh saya bisa melihat bapak itu masih menuntun sepedanya.

saya menjajari sepedanya.

dan, duh Gusti Allah, ternyata lengan kurus yang saya lihat dari keranjangnya adalah lengan kurus kecoklatan seorang bocah perempuan kecil. tadinya ia ada di dalam keranjang sehingga yang terlihat hanya lengannya. sekarang ia nangkring di atas tumbukan barang-barang bekas, sehingga terlihat seluruh tubuhnya, dan kuncir dari rambut kemerahannya. dan mukanya yang cemat-cemot, dan bajunya yang lusuh.

tidak ada pembunuhan.

tidak ada korban erupsi merapi.

tidak ada anak yang terkena demam berdarah.

semua itu hanya khayalan saya semata.

ini hanya keluarga pemulung yang pergi mencari barang rongsok.

khayalan ngawur saya memang keterlaluan.

tapi saya lega.

dengan kikuk, akhirnya saya menyapa si bapak dan menyerahkan nasi ayam goreng jatah sarapan saya yang saya bawa dari tempat kerja. ayam goreng dengan potongan paling besar. saya memesan pada teman saya yang bertugas di dapur untuk menyisihkannya. saya perlu yang paling besar, karena sampe rumah, saya akan membaginya dengan adik saya.

Tapi saya dan eneng kan sudah sering makan ayam goreng. saya tau bagaimana rasanya memakan ayam goreng setahun sekali pas lebaran saja. saya tau, saya pasti akan gembira sekali bila saya dalam posisi si anak kecil berlengan kurus itu.

seperti kata teman saya, memberi itu membuat lebih banyak orang berbahagia. orang yang diberi berbahagia, dan kita akan jauh lebih bahagia lagi. sesuatu yang kecil, bisa saja menjadi sesuatu yang berarti bagi orang lain.



saya juga berpesan kepada si bapak, kapan waktu lewat gedong kuning, supaya mampir ke gang di kos saya. saya mengumpulkan banyak botol bekas minuman dan kresek-kresek yang tidak terpakai. siapa tau bermanfaat.

jadi, ka, ngapain nulis seperti ini? mau pamer?

enggak juga. cuman kek gini aja kok dipamerkan. malu, ah.

hanya saja, sering kali kita tidak mengikuti suara hati. ada apa-apa di jalan, lewat aja dengan cueknya. hati sudah berteriak-teriak untuk berbalik, tapi kita berfikir, ah, biarin aja, toh nanti ada orang lain.

bagaimana jika semua orang berfikir seperti ini?

ikuti suara hati. ikuti rasa penasaran. siapa tau kita bermanfaat. bukankah sebaik-baiknya manusia, adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain?



*apaaaaaannnn, si, ka*

November 10, 2010

pulang

sandy tupai memandang crusty krab yang penuh daging panggang dan bacon dg sedih. airmata memenuhi seluruh helm kedap airnya. ia berkata pada spongebob, "rumah itu tidak sekedar daging panggang & bacon, spongebob. rumah adalah tempat dimana kau dikelilingi orang2 yang menyayangimu"

spongbob squarepants-episode a slice of texas





Sepulang dari stadion maguwoharjo jum'at pagi itu, tiba2 saya berfikir tentang pulang. pulang adalah hal yg paling dinanti setiap orang diakhir aktivitasnya. dari bekerja, sekolah, jalan-jalan, bertamasya, belanja. setiap orang pasti ingin pulang. tapi, bagaimana jika kau tak bisa pulang? bagaimana jika pulang menjadi kegiatan yg paling berbahaya dalam hidupmu?



melihat pengungsi-pengungsi lansia, tua muda, balita yang berjajar-jajar di stadion pagi itu, tiba-tiba saya menjadi mual memikirkan bilamanakah mereka pulang nanti. tua. lemah. lelah. tertatih-tatih. terluka hati dan badan. sekujur tubuh tertutup abu. mata merah. kehilangan segalanya. dan tak bisa pulang ke rumah. bukankah tak ada tempat seindah rumah? sedih rasanya melihat ini smua tapi saya tak bisa berbuat banyak.



betapa gunung yang terlihat cantik seperti lukisan dilangit setiap kali saya berangkat kerja itu tiba-tiba menjadi monster yang menakutkan. menghantam semuanya, sehingga orang-orang tak bisa pulang. mengeluarkan muatannya sampai penduduk yang menganggapnya sahabat selama ini harus menjauh. membiarkan ia marah sendirian.



rasanya tak ada artinya tangan yang kepanasan dan ngapal karena membungkus beratus-ratus bungkus nasi. didiamkan beberapa jam juga sudah sembuh. rasanya tak ada artinya abu tipis yang menyelimuti jalanan dpn tempat kerja. toh disiram air juga sudah hilang. rasanya tak ada artinya abu vulkanik yang berterbangan dijalanan itu, pake masker juga sudah tidak terasa. rasanya tak ada artinya bekerja marathon sepanjang hari itu. toh, setelahnya saya bisa istirahat di kos-kosan. setidaknya saya punya tempat untuk pulang. rasanya sungguh memalukan kalo mengeluh untuk hal-hal seremeh ini.



dan disinilah saya. pulang. berbaring di kos-kosan saya yang sederhana dan nyaman. bersukur untuk segalanya yang sudah saya miliki dan saya lakukan. membayangkan betapa saudara-saudara saya tak mungkin bisa senyaman ini. kadang-kadang saya merasa kenyamanan saya dirumah sungguh tidak adil dan tidak pada tempatnya. tapi mungkin Tuhan sengaja membuat sebagian berlebih agar bisa membantu yang kurang. bukankah selalu ada hikmah dari setiap kejadian?



banyak sekali tempat untuk menyalurkan bantuan. mari berbagi. yang sedikit bagi kita, mungkin sangat berarti bagi mereka.

November 09, 2010

bahagia yang sederhana

kebahagiaan tidak selalu di dapatkan karena hal-hal besar. kadang-kadang, hal-hal kecil yang sederhana pun bisa membuatmu bahagia.

seperti sore berhujan ini. saat kau julurkan tanganmu dari jendela, dan kau biarkan ia bersentuhan dengan hujan yang turun gemericik. kau tahu semuanya akan baik-baik saja, dan kau akan bahagia.

sesederhana itu.

atau saat sore berhujan ini kau longokkan kepalamu dari pintu, dan melihat daun-daun bergoyang mengikuti iraman angin. tiba-tiba saja hatimu hangat, dan kau menjadi bahagia.

sepertinya kebahagiaan jatuh dari langit begitu saja.

seperti sinar matahari.

atau seperti hujan.