Maret 02, 2008

mangkel saja

Sejak pertama kali saya melihat belahan jiwamu, itu, mbak, entah kenapa saya enggak menyukainya. Padahal itu sudah hampir 2 tahun yan lalu. Dan sampe sekarang saya masih juga tidak suka. Kadang dia menjemputmu, tidak pernah tersenyum, tidak pernah turun dari motornya untuk sekedar berbasa-basi. Atau bahkan sekedar menerik kaca helmnya keatas, sehingga jami bisa melihat wajahnya pun tidak pernah. Kamu sering menceritakakn kebaikan-kebaikan hatinya, dan saya mengangguk dan bilang, 'wah', 'oh', 'asik ya', 'waduh', sambil tersenyum pura-pura. Saya tahu kamu senang dan mencintainya. Tapi tiap saya ingat wajahnya yang selalu mengeryit kesal karena menunggumu, atau cengiran lebarnya waktu dia muncul, setelah kamu menunggunya berjam-jam, saya tau, saya masih tidak menyukai pacarmu itu.

Puncaknya adalah sore ini, Saya sudah ngebut lho, dari pogung ke concat, hanya karena kamu sms minta tolong dibelikan mie ayam. Padahal saya dari kemarin belum mandi, dan ingin mandi, padahal saya sudah membeli detergen untuk menyikat baju saya yang kesiram minyak tanah. Tapi karena saya dan malaikat-malaikat cantik disini ingat bahwa kamu punya penyakit maag akut, saya langsung melupakan itu semua dan pergi ke tempatmu. Kami semua tidak mau kamu sakit lagi.

Tapi lihat, saya baru saja meletakkan makananmu itu dan pergi membeli sabun mandi, kamu sudah mengirim sms bahwa masmu yang guanteng itu sudah menjemput, dan sudah marah2 ingin cepat2 mengajakmu pergi.

Ketika saya sampe di tempatmu lagi, kamu langsung pergi. Dan saya kaget sekali melihat mie ayammu sudah kau tuang ke mangkuk, belum tersentuh sedikitpun, dan kamu meninggalkannya begitu saja. Dan mangkelnya, ketika saya memanggilmu lagi, kamu malah menyuruh saya diam dengan menempelkan jari telunjukmua ke bibir. Dan cowok yang katamu paling baik hati dan paling berbakti pada orang tua sedunia itupun tidak berhenti kembali, atau bahkan tidak menarik kaca helmnya keatas. Apa dia tidak tau kalo kamu punya penyakit maag? Apa dia tidak tau kalo seharian kamu belum makan? Apa dia tidak mikir kalo nanti mie itu akan terbuang percuma?

Memangnya kamu tidak ingat, kamu pernah menunggunya berjam-jam di kantor, sampe saya tidak tahan untuk tidak meledekmu, dan dia datang sambil cengar-cengir? Memangnya kamu tidak ingat, saat akhirnya kamu saya antar pulang, karena ternyata sampe jauh malam dia tidak datang?

Kenapa sih keegoisannya enggak kamu balas? Dia kan hanya laki-laki yang kamu kenal 2 tahun terakhir ini. Tuhan, sebenarnya terbuat dari apa sih hati temanku ini?

Oke, saya memang membenci pujaan hatimu itu, saya juga benci suami kakak saya saya benci suami tante saya, suami budhe saya suami ibu saya, kakek saya, suami teman saya, dan saya juga membenci orang yang ada dipojok hati saya saat ini. Tapi di lain pihak, saya membenci tindakan kamu, kakak saya, tante saya, ibu saya, nenek saya, teman saya, dan diri saya sendiri. Saya tidak tau bagaimana cinta bisa membuat orang normal menjadi orang berkelakuan aneh. Jadi penurut, rela disuruh2, di bentak2, rela mengorbankan apa saja untuk mereka, bahkan sebagian dari mereka rela diam, mengaku bersalah, pura-pura sabar, pura-pura tidak terjadi sesuatu, hanya supaya pasangannya tau bahwa mereka mencintainya. Tapi, mencintai tidak selalu mengalah, kan?

Saya benci pacarmu itu, mbak, karena menurut saya, dia egois. Kenapa sih dia tidak mau menunggumu makan dulu?. Toh, sekatennya belum pergi kemana-mana. Saya benci kamu juga, karena kok mau-maunya mengalah pada keegoisannya. mau-maunya berpura-pura tidak mengorbankan sesuatu yang penting untukmu. Oh iya, saya juga membenci manusia yang sering hadir pada lamunan saya, karena entah bagaimana dia bisa membuat saya berjanji untuk membersihkan kamar setiap kedatangannya. Dia juga bisa memaksa saya untuk mandi dan berpakaian rapi dan bersih setiap kedatangannya. Saya benci karena kalo ada Dia, saya harus rela memakan sayuran yang ada dipiring. tapi, saya kadang juga iba pada laki-laki baik itu, ketika tahun baru yang pasangan lain sedang menikmati kembang api, dia malah saya ajak untuk mengambil cucian. ketika dia saya suruh jalan-jalan dulu sendiri, karena pekerjaan saya belum selesai, ketika dia harus menunggu saya berjam-jam, karena saya sedang ada entah di jogja bagian mana ketika dia datang ke kos saya. Atau ketika dia harus membayar 3 porsi makanan ketika pergi makan dengan saya.

Satu sama, kan? Sedang kamu, kenapa sih harus selalu mengalah? Atau pengetahuan saya terbatas sekali hingga saya tidak pernah melihat dia berkorban untukmu? Atau mungkin dia benar2 baik seperti yang kamu ceritakan? Saya tidak tahu. Tapi, mbak, please, jangan sampe saya tau kalo kamu dipecundangi, jangan sampai saya tau kamu kamu harus mengalah lagi. Kerena saya benci tidak bisa berbuat apa-apa untukmu.

Maafkan saya yang sok ikut campur ini, ya. Tapi sungguh, melihatmu terlalu menyayanginya kadang membuat saya ingin membunuhnya. Ya, saya tau saya tidak berhak.

Kalo suatu saat kamu membaca ini, kamu boleh marah, datangi saja saya, kapan saja kamu mau. Mungkin pengetahuan saya tentang cinta dangkal sekali. Tapi menurut saya, kalo saya tidak salah, cinta tidak akan membuat kita sakit maag.

Ah, ini hanya sekadar mangkel aja, sambil nungguin dryer yang tak kunjung menyala. Hey, penghasil rupiah, kapan akan membuat ruangan ini menjadi seperti dineraka lagi?



sambil keselak mi, iya, saya kan tidak akan membuat mi itu menjadi mubazir, kan =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......