Februari 21, 2008

mengenang phanter

saya sudah melihatnya
di basement saphir square. pas saya bayar telphon kemarin.
biru, cantik, kuat, nyaman
persis seperti impian saya.
setangnya biru, sadel hitam. dengan besipenyangga biru, ada gir gigi di setang kanannya, keranjang warna hitam di depan. Masih berbungkus plastik. Saya sampe kebayang-bayang terus.
Tunggu, ya, hanih, tunggu sampe saya enggak terancam tunawisma dulu, tunggu sampe bisa bayar ongkos kursus dulu. tunggu, ya. nanti kalo semua sudah selesai, kamu boleh tinggal di depan kamar kos saya yang sempit. Kita akan berpetualang kemana saja rodamu bergulir. kita bisa kemana-mana tanpa ada bensin yang keluar. ya kan? paling cuma makanku yang makin banyak. hehe
Tapi, hanih, secantik apapun kamu,kamu enggak akan bisa menggantikan phanterku tercinta, yang sudah menemani hari2 penuh perjuangan bersama keringat yang selalu mengucur deras. Nanti, kalo kamu sudah ada di rumah, kamu harus berkenalan pada Phanter. Kamu harus menghirmatinya,meski harganya hanya 60 ribu, bekas, beli dipasar terban. Tapi kamu harus tahu,hanih, Dia sudah menghasilkan berjuta-juta rupiah hingga bisa membiayai kebutuhan sekolahku. Dia sudah menempuh jarak beratus2 kilo. gramedia-gowongan-dagen. terban-jec-dagen. jalan mataram-gedong kuning-dagen. jalanmataran-condong catur-dagen. belum lagi, jalan mataram-demak ijo-dagen. kalo sekarang phanter, calon kakakmu itu, terongggok lesu di rumah Oomku, itu sungguh bukan salahnya, semua salahku, hingga aku takpernah punya waktu dan tenaga untuk merawatnya kembali. semua salahku hingga kini dia berganti setang menjadi setang sepeda jengki, padahal tadinya setangnya lurus.
Jadi ingat, dulu, setiap pagi, jam 6, saya menuntun phanter keluar dari kos2an, mengajaknya pergi bekerja, menyusuri jalan solo, masih pagi dan dingin. Kadang juga mengajaknya ke KR, melihat lowongan kerja. Kemudian siangnya saya pacu lagi untuk mendatangi alamat2 yang tertera. Malamnya saya ajak dia kekampus, belajar bersama saya, meski buruk rupa, saya tidak pernah menaruhnya di deretan2 sepeda bermotor, saya selalu menaruhnya di parkiran mobil. E, siapa tau bisa nggores cat mobil teman2 dan dosen2 saya, hehe...
waktu itu, si Phanter seperti sahabat setia, tidak mengeluh, tidak protes, tidak marah2.
Jadi, hanih, nanti kalo kamu tinggal bersama kami. kamu jangan sombong, ya, kamu memang mahal, bahkan untuk membelimupun, aku harus menabung dulu. Kamu harus menghormati Phanter, dimanapun dia berada. karena Dia dibeli dengan gaji pertamaku. Dia sangat berarti bagi saya.
Hanih, semoga tidak ada yang menyukai kamu, ya. Jadi nanti, kalo uang saya sudah cukup. saya bisa membeli kamu. ya kan?



untuk phanter, maafkan mama, ya,jarang menengok kamu. nanti, kalo ada waktu luang, mama bawa kamu pulang kembali. tunggu, ya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......