Februari 05, 2008

grrrr, seandainya ada pilihan

Kadang, saya benci sekali dengan pekerjaan saya. Karena saya tidak pernah berlibur dengan tenang. Bagaimana saya bisa liburan dengan tenang. Coba, kalo ditengah-tengah liburan, tiba2 saya ditelphon kantor. Ada troble disini, troble disana, ada masalah dengan mbak ini, dengan mbak itu. dicari si ini, si itu, belum lagi telphon dari pak juragan, nanyain ini, nanyain itu, nyuruh ini, nyuruh itu. Saya sampe empet sendiri. Kok enggak nunggu pas saya pulang aja, sih..... Padahal liburan saya cuma sebentar. kadang saya cuma pulang pagi, ntar sorenya dah ada di jogja lagi. Sampai adik2 saya bilang kalo artis superstar aja sampe kalah sibuknya sama saya. Lha, saya jawab aja, kalo saya artis megastar. hihi

Grrrrr, pada saat itu, ingin sekali saya membanting telephon saya , supaya saya enggak bisa dihubungi lagi. Pasti rasanya menyenangkan sekali menjadi orang yang tidak bisa dihubingi. Keinginan itu langsung terkabul. Kemarin telpon saya rusak. Kehujanan. Mati total. Percaya enggak, saya malah merasa beruntung sekali waktu itu. Selain karena telpon saya itu memang sudah jadul dan karatan, juga karena itu saya jadi enggak bisa dihubungi lagi. hehe. Tapi Pak Juragan malah menyuruh (baca: memaksa) saya untuk membeli telpon lagi. Sama aja, to?

Saya jadi inget film 'Devil wears Prada' yang menceritakan tentang seorang asisten, entah namanya siapa, saya lupa, yang bekerja pada seorang pimpinan majalah fashion, bernama miranda. Si miranda ini seorang yang eksterm, disiplin, keras, dan prefeksionis. (hmmmm, jadi inget seseorang). Si asisten harus menuruti semua keinginan Miranda. Dalam cuaca seburuk apapun, dalam keadaan apapun. Bahkan pada saat Ia sedang asik duduk2 dengan teman2nya di kafepun, Miranda menelephon. Sampai semua teman2nya meledeknya habis2an.

Pada saat si Asisten sebel banget dengan miranda, Ia curhat pada teman sekerjanya, dan temannya itu ketawa, dan bilang gini, "wah, itu sih belum seberapa, beritahu aku nanti kalo pacarmu meninggalkanmu, semua teman2 menjauhimu, karena kamu sudah tidak punya waktu lagi untuk mereka. itu artinya kamu sedang dipromosikan, Nanti kalo kehidupan sosialmu benar2 hancur, dan kamu bahkan kesulitan mencari waktu untuk dirimu sendiri, bahkan untuk tidur, itu brarti, kamu sudah naik jabatan,". Ha-ha

Seandainya saya hidup di dunia film, ya, Seandainya ada jaminan bila saya pergi dari sini, akan langsung ada perusahaan yagn menerima saya, saya tentu akan meniru tindakan si asisten, dengan membuang telpon saya ke kolam pancuran di jalan abubakar ali, dan melenggang pergi dengan tenang.

Tapi, saya kan, hidup di dunia nyata, biar saya bekerja dengan tekanan, .paksaan dan rasanya seperti di kejar2 setan, toh saya harus menjalaninya juga. Saya jadi inget masa-masa kuliah, pas saya berjalan kaki dari los baju ke los baju lain, di Pasar Bringharjo, untuk sekadar mencari kerjaan. Rasanya kok saya enggak bersukur banget. Lagi pula, mana ada kantor yang mengijinkan saya membuat skripsi di komputer mereka, mengijinkan saya membawa motor kantor pulang. memang jer basuki mowo bea, apapun beanya.....

Uh uh, seandainya ada pilihan.........

1 komentar:

  1. Mbak ...aku nggak ngritik lho

    Tapi kata pakar sih begini...
    Memang kalau "rely on function" ya gitu deh , dimana kita selalu dikejar untuk menyelesaikan pekerjaan

    Bisa dicoba teori "rely on process" gak ada kita proses bisnis tetap jalan

    Maaf lho yaa..aku hanya ngutip katanya si pakar ...

    Raf

    BalasHapus

monggo......