November 25, 2007

(cerita) Putri handweni

Wanita itu bernama bu Nah, Ia adalah seorang wanita yang tinggal di kontrakan sempit disamping rumah budheku, di sebuah kampung di kawasan malioboro, jogja. Aku tidak tahu siapa nama lengkapnya, yang jelas semua orang memanggilnya mbak Nah. Ia adalah seorang buruh cuci, buruh asah-asah, buruh kerok, buruh bersih2, dan buruh apa saja yang di suruhkan orang padanya. Ia bukan orang terkenal, ia orang biasa, tetapi ia sangat istimewa, terutama bagiku.
Dulu, waktu Aku masih tinggal di rumah Budhe, aku sering berkunjung kerumah sempitnya, sekadar untuk bercerita tentang apa saja. Dari ceritanyalah aku jadi tahu kisah kehidupannya yang istimewa.
Dahulu, Bu Nah adalah seorang pembantu di sebuah keluarga kaya. Suatu hari, majikan laki-lakinya jatuh cinta padanya. Hingga kemudian Bu Nah hamil, dan ia pun di usir dari rumah keluarga itu, dengan perut besarnya, tanpa ganti rugi apapun atas semua yang dilakukan oleh si majikan laki-lakinnya itu. Dan Bu Nah pun pergi, mengontrak rumah (kamar) sempit di samping rumah budheku.
Waktu itu aku bertanya kepadanya, mengapa Ia tidak menuntut apapun pada si majikannya itu, dan jawabnya
"Kalo Saya itu iklas, mbak ika, lilo dengan semua yang terjadi pada diri saya, wong saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi. mau minta perlindungan pada siapa?, ya sudahlah, saya iklas, biar Tuhan yang membalas semuanya..." katanya sambil mengelus dadanya yang sudah menipis itu.
Sejak Ia mengontrak sendiri, majikan laki-lakinya serign menengoknya, dan Bu Nah pun masih setia menerimanya, tanpa amarah sedikitpun. Hingga si majikannya itu memutuskan lari dari rumah istri tuanya, meninggalkan istri dan anak-anaknya, untuk tinggal bersama Bu Nah, akhirnya mereka menikah, dan Bu Nahpunn kembali dikaruniani seorang anak laki-laki.
Sayangnya, pada saat Suami Bu Nah memutuskan untuk bersamanya, Suaminya itu mulai sakit-sakitan, dan tidak mampu mencari nafkah sendiri. Jadilah Bu Nah berkerja untuk menghidupi 4 orang. Dan Bu Nah masih saja iklas.
Sampai kemudian si Suami meninggal, dan ironisnya lagi, jenasah suaminya diminta oleh pihak keluarga, Bu Nah pun tidak boleh mengurus jenasah suaminya. Lagi-lagi Bu Nah pasrah.
Sekarang, bertahun-tahun setelah kejadian itu, Bu nah sekarang masih tinggal dengan kedua anaknya, masih jadi buruh cuci baju dan cuci piring, masih tinggal di kontrkan sempit di samping rumah budheku, Sekarang putra putrinya sudah dewasa, satu diantara mereka masih kuliah. Dan Bu Nah masih tetap baik hati dan ceria...
Dulu, waktu Aku masih kuliah, aku pernah membicarakan nama kelompok makalahku padanya, waktu itu pikiranku enggak jauh-jauh dari trio apa..., gitu, dan Bu Nah memberikan suatu ide padaku
"mbok namanya kelompok putri handweni aja, mbak ika, " katanya
"Maksudnya?" Tanyaku
"Putri handweni itu maksudnya putri yang mempunyai, menpunyai harapan, cita-cita, tekad yang kuat, keinginan yang besar, dan usaha yang gigih. Dan suatu saat akan menjadi putri handweni juga, handweni kekuasaan, harta, kesuksesan, sahabat, dan apapun hasil dari yang dia perjuangkan dahulu..."
Akupun manggut-manggut.
Kupikir, yang putri handweni itu ya Bu Nah sendiri, Ia memiliki rasa iklas, ia memiliki tekad yang kuat, dan ia memiliki usaha yang gigih. Aku harap suatu ketika bu nah akan menjadi putri handweni berikutnya, memiliki harta yang cukup, hari tua yang indah, anak-anak yang baik. Semoga.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......