Februari 08, 2011

babi

setiap sabtu, koran lokal di jogja menghadirkan ulasan tentang tempat makan tempat makan enak di seputaran yogyakarta. sabtu kemarin, mereka mengulas warung makan bermenu utama babi dì seputaran concat. sore ìtu saya membacanya, melihat gambarnya, dan berkata kepada teman saya, bahwa masakan dari daging babì itu terlihat begitu lezat. babi lombok ijo, semur babì, rica-rica babi. hmmm.
tau tidak bagaimana tanggapan teman saya?
teman saya mengkuliahi saya tentang makanan yang diharamkan oleh agama, ancaman neraka bagi yang melanggar. dan bla bla bla. beberapa teman lain yang mendengar pembicaraan kami -nampaknya- memandang saya dg pandangan-melìhat-hantu.
hey, saya tidak bìlang ingin makan babì. saya hanya mengatakan bahwa olahan babi itu terlihat lezat. kok bìsa-bisanya teman saya bersikap seolah-olah saya akan melakukan dosa besar.
saya merasa gelì. kemudian, saya bertanya kpd kawan saya tadi,
'da, kamu masì pacaran sama mbk2 cd merah?'
'kamu tau, gak, kalo pacaran, berdua-dua an ditempat gelap itu juga haram?'
teman saya tersenyum malu, dan tetap menyanggah, bahwa makan daging babì jauh lebìh haram.
saya tidak melanjutkan perdebatan lagi. berdebat tentang agama antara orang yg tidak tau apa-apa rasanya seperti orang buta memperdebatkan bgmana bentuk gajah, padahal mereka tìdak pernah melihat gajah. :D
menurut saya makan makanan yang diharamkan oleh agama, sama berdosanya dg mencuri, berbohong, menggunjìng, tìdak sholat, berzìna (termasuk zìna mata, zìna pìkiran), korupsi besar atau kecìl, menipu, memakan hak anak yatim, aborsi, tìdak puasa di bulan ramadhan, minum khamr dan lain-laìn yang diharamkan oleh agama. kalo tingkat-tingkatan dosanya saya memang tidak terlalu tau.
apa bedanya dg mengatakan bhwa masakan dari babì ìtu terlihat lezat, coba? apa mungkin karena hal-hal yang haram lainnya sudah sangat umum dan serìng kìta temui, ya? sehingga hal2 haram yang tidak umum, yang jarang ditemukan jadi terdengar seperti dosa maha besar?

ndak tau, lah. saya kok malah sepertì orang buta yang berbicara tentang gajah, ya?

oh iya, saat menulis tentang ini, tiba2 saya ingat senukìl pelajaran agama darì bpk guru agama di sekolah (yang dulu saya benci, tentu saja) tentang dosa. bahwa kata beliau, dosa adalah, ketika ada orang lain berbicara tentang itu, hatimu berdesir ktka mendengarnya. Jadi pada dasarnya, setiap orang punya fìlter sendirì2 terhadap hal2 yg dìpìkirkannya. masalah aksi, ìtu tergantung pd penguasaan dirì mereka, kan?

:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......