Desember 04, 2007

Tukang Bakpao

Hari Sabtu, siang hari

Saya baru saja pulang dari Bandar Udara Adi Sucipto, Jogja, ikut juragan saya menyampaikan surat penawaran perawatan marmer dan parquet. Saya pulang lewat jalan solo. Lurus terus sampai jembatan layang janti. Disana kebetulan lampu merah, jadi saya berhenti, saya ada di urutan belakang waktu itu. Di depan saya banyak mobil dan motor yang berhenti menunggu giliran. di sebelah kiri juga ada seorang pengemis tua yang sedang meminta-minta. diantara banyak motor dan mobil itu, ada juga seorang pedagang bakpao yang mengendarai sepeda tuanya, seperti si pedagang itu juga sama tuanya dengan sepedanya. Ia juga ikut ngantri menunggu lampu menjadi hijau lagi.
Gak sampai setengah menit saya menunggu, lampu sudah menjadi hijau lagi. Semua kendaraan segera bergerak maju melanjutakan perjalanannya. Semua melewati si pengemis dengan cueknya. semuanya bergerak dengan cepat. Sampai si pedagang bakpao tiba di depan si pengemis. Dan iapun memberikan uang seribunya pada si pengemis. Saya kaget. Tapi buru2 saya mendahului pedagang bakpau itu.
Setelah jaraknya saya pandang pas, saya meminta Bapak tukang Bakpau itu berhenti, sayapun membeli bakpaunya, lumayan untuk makan siang, saya juga sedang berhemat akhir2 ini. Saya mengajaknya ngobrol sebentar. Suparman nama bapak itu. Rumahnya ada di pingit, atau jalan kyai Mojo, dekat jalan godean. Ia berangkat dari pukul jamm 9 pagi. Dan ini Ia hendak pulang. Bakpaunya tinggal sedikit. Hari ini lumayan laris katanya. Ia punya 5 orang anak. semuanya sudah menikah, dan tinggal dengan suami dan istri masing2. Ia sudah berjualan Bakpau sejak 20 tahun yang lalu. Ia sudah muter2 keliling Jogja. Dan Ia senang menjalani pekerjaannya. Begitulah pembicaraan saya dengan Pak Suparman.
Yang membuat saya heran, kok ya dia peduli banget ya dengan seorang pengemis yang meminta2 di jalan itu. Padahal, banyak orang yang g peduli. Bahkan apriori dengan mereka. Tapi Pak Parman ini malah dengan tulus hati memberikan 1000nya pada si pengemis. Ia pasti tulus. Kalo tidak, untuk apa Ia yang sedang enak2 naik sepcda turun dan memberikan uang nya?. Wong yang tinggal buka jendela dan melemparkan 100 annya aja males. Padahal kan penghasilannya kan g banyak. pasti lebih banyak orang2 yang pake mobil itu ya?. Kadang mereka memang mampu beli mobil. Tapi mungkin mereka enggak mampu beli hati.
hmmmm
Memang sekarang dunia ini terbolak-balik ya, yang gampang cari uang malah pelit. Eh, yang uangnya terbatas malah dengan senang hati menyumbang. Saya jadi sadar, saya juga sering sekali berpelit-peliti ria. bahkan saya sering sebel dengan para pengemis di pinggir jalan. Mungkin saya bisa belajar dari pak parman. bahwa hidup itu g perlu banyak2 berpikiran buruk. Kalo pengen beri ya beri aja. Karena kalo pikiran kita cukup sampai disini. pasti kita iklas. Tapi......, kadang2 kan......
Whatever......
Saya cuma ingin menceritakan tentang tukang bakpau yang baik ini. Yang belum tentu bila kita ada di posisinya kita akan melakukan hal yang sama.


untuk pak Parman, smoga laris ya, pak Bakpau, ya, kemarin Bakpau isi ayamnya mak nyussss, uenak tenan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......