Desember 17, 2007

iseng saja

pernah terbayang enggak? kamu pake celana pensil (pensil? begitu teman2 saya bilang, padahal, menurut saya, enggak ada pensil2nya...), kamu jalan kaki melewati jalanan depan kos saya yang asli becek? kebayang g susahnya?
Sepupu saya pernah, jadi waktu itu dia mau main ke rumah (kamar) saya, mau minta diajari akuntansi. Si sepupu saya ini memang seorang yang sangat mengaku aptudet. sore itu Dia memakai celana pensil, kaos ketat se paha, tapi atasnya asli seksi banget, dan sepatu jeri. Padahal sih cuma mau ke kamar kos saya, dan sayangnya Jogja memang hujan terus tiap sore. Jadilah dia kehujanan dan basah kuyup begitu sampai di kos saya. Dan karena depan kos saya masih tanah (saya tinggal di kos2an untuk pedagang2, bukan kos2an mahasiswa...), dan karena celalanya ketat di bawah, sepupu saya ini tidak bisa menggulung celananya, akhirnya celana dan sepatunya yang super kecil itu kotor kena tanah basah.
Dan akhirnya di kamar saya, dia enggak jadi belajar akuntansi sama sekali. malah cuma mengutuk hujan dan tanah becek di depan kamar saya. yah, dia memang sebel, karena itu akhirnya dia jadi pulang tanpa penampilan yang keren lagi...
Saya jadi mikir2.
Si Nana itu (nama sepupu saya), tadinya bener2 mirip saya, Tadinya dia gendut, kriting dan item. Tapi karena ibunya lebih beruntung dari ibu saya, jadi tentunya lebih punya modal untuk mempermak dirinya, si Nana ini jadi lebih cepat bagus ketimbang saya. Dia rebonding satu bulan sekali, masih diet sampai sekarang, dan selalu membeli baju tiap ada model yang baru.
pas saya nanya,
"Na, apa g menyiksa pake celana kayak gitu, lha nanti kalo nemu wc jongkok, kan enggak enak banget eek, dengan posisi celana yang ketat kayak gitu?"
dan jawabnya,
"ya susah, mbak, tapi lha wong semua temenku pake model kayak gini, je..."
Saya hanya menghela nafas saja.
Oh, jadi kalo semua orang pake baju model ini, kamu juga harus pake baju model ini juga, jadi kalo semua orang berambut lurus, kamu juga harus lurus, kalo semua orang kurus kering, kamu juga harus ikutan kurang gizi kayak gitu?. Saya menghela nafas lagi, berapa lama sih, suatu mode itu bertahan, satu tahun? delapan bulan? enam bulan?. Kenapa sih selalu mengikuti apa yang para model pake? yang iklan selalu bicarakan? yang orang2 kenakan?. kalo memang oke, dan enggak menyiksa, dan enggak menghabiskan uang banyak sih oke. Lha kalo ternyata bener2 enggak nyaman di tubuh, kok ya masih dipake juga....
ah, whatever saja. orang memang punya hak untuk mementukan pakaiannya sendiri, memilih gaya rambutnya sendiri, dan memilih gaya hidupnya sendiri.
Mungkin hanya karena saya tidak bisa mengikuti gaya hidup mereka saja, saya jadi sok peduli dan sok mengkritik begini. Saya kan memang belum pernah kaya.....
Tapi kok ya tega mereka yang setia- mengikuti -apa- yang- mereka- lihat- dan- apa- yang -mode -katakan, ini menghabiskan berpuluh2 ribu bahkan beratus-ratus ribu hanya mengikuti apa yang kata orang mode? sementara saudara-saudaranya ada yang masih bahkan untuk membeli seragam sekolah untuk ganti saja tidak bisa, membeli buku cetak pelajaran juga tidak bisa, bahkan jajan di kantinpun tidak mampu karena memang tidak punya sangu.
uhuh
Saya kadang kalo pas menyenangi sesuatu juga enggak inget. Tapi saya selalu mencoba hanya membeli barang yang benar2 saya butuhkan, bukan barang yang orang lain pake. semoga saya konsisten
hihi
Seperti tekad saya, saya tidak masuk ke mall, kecuali saya diharuskan masuk kesana. hehe
Jadi ideais memang susah. Karena sekarang banyak sekali fasilitas umum yang pindah tempat di mall, seperti bayar telpon dan listrik. Tetaaapi untuk urusan membeli barang2 kebutuhan sehari-hari, saya lebih mengandalkan warung sebelah kos dan mbok2 di pasar talok, daripada di carrefour, hero atau diamond. coba, kalo uangmu hanya segitu, dan kamu disuruh membeli sayuran pada embok2 dipasar, yang kamu tau dia brangkat naik sepeda ke pasar, atau membeli di rak sayuran supermarket, yang pemiliknya adalah pemilik banyak jaringan super market di Indonesia, kamu akan pilih yang mana?
kalo saya sih, pilih si embok, yang jelas2 lebih membutuhkan.

Tapi entahlah, sekali lagi, saya kan belum pernah kaya, jadi wajar kalo saya jadi sinis gini........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......