kalo sudah tidak percaya bahwa segalanya akan menjadi baik bila waktunya tiba, sebaiknya percaya saja.
kalo sudah tidak percaya bahwa semua masalah akan selesai dengan baik, sebaiknya percaya saja
kalo sudah tidak percaya bahwa tidak ada jalan keluar, sebaiknya percaya saja.
kalo sudah tidak percaya bahwa suatu hari akan datang orang baik yang akan menyayangimu setulus hati, sebaiknya percaya saja.
kalo sudah tidak percaya bahwa Tuhan, akan mengampuni segala kesalahan kita, sebaiknya percaya saja.
karena kita tidak tahu bagaimana cara Dia bekerja. kita tidak tahu rencananya. Yang perlu kita lakukan hanya tetap menjadi baik. tetap berfikiran baik. tetap berbuat baik. jangan merusak rencananya dengan berhenti menjadi baik.
pada suatu hari dimana aku marah sekali denganmu.
sebuah perjalanan
....karena dunia takkan menunggu....
Oktober 04, 2014
Agustus 31, 2013
titip rindu
kutitipkan rindu pada wangi buah mangga yang mulaì menguning matang, pada desau angin sore yang di bisikkan daun-daun pohon kelapa. pada cericit burung-burung. pada senyum ramah tetangga-tetangga.
pada gerbong-gerbong kereta yang berjalan perlahan.
pada barisan ibu-ibu asongan. pada langit senja di ujung barat. pada hamparan-hamparan sawah yang menghijau. pada hewan-hewan ternak yang di halau masuk kandang. pada pengendara-pengendara motor yg melamun menunggu kereta lewat. pada tiang-tiang yang berlari mundur. pada denting suara troley. pada rintik hujan yang menyambut. pada burung-burung yang pulang kerumah. pada sayup suara adzan maghrib di kejauhan.
pada mereka kutitipkan rindu. untuk kembali pulang. pada suatu kota dimana rindu berawal dan bermuara.
antara kutorajo-yogyakarta
April 20, 2013
jaket bapakku
Ini jaket favoritku yang baru. Bukan jaket baru, sih. bahkan
ini jaket tua. usia jaket ini lebih tua dari usiaku. dan usiaku sekarang
sudah 28. bisa bayangkan betapa tuanya jaket ini? bermotif garis-garis
coklat tua selang-seling dengan krem dan putih. retsletingnya pun sudah
rusak. kainnya tidak terlalu tebal, jadi kalo udara sedang dingin
sekali, jaket ini tidak bisa menyelamatkanku dari rasa dingin. tapi aku
tetap suka. tau kenapa? karena ini jaket bapakku.
Aku belum lama memiliki jaket coklat ini. baru sekitar 6 bulan yang lalu. dan sejak itu, aku selalu pergi dengan jaket ini. ke tempat kerja, ke pasar, ke pantai. kemana-mana. kecuali saat jaket ini di cuci tentu saja. Tapi seingatku, jaket ini baru sekali dicuci, sih. hihihi.
Aku meminta jaket ini dari ibuku. Aku melihatnya ada dilemari baju ibu saat ibuku memasukkan selendang-selendang dan gorden-gorden pasca pernikahan adikku dirumah. Tiba-tiba aku melihatnya begitu saja. bertumpuk-tumpuk dengan baju-baju lamaku. samar-samar aku ingat pernah melihatnya waktu aku masih kecil. Tapi dalam moment apa aku tak pernah ingat.
Ibuku tersenyum saat aku menarik jaket coklat itu dari tumpukan baju-baju lama, dan mulai mencobanya. bau apak kain lama yang bertahun-tahun tersimpan dilemari memenuhi hidungku.
"itu jaket Bapakmu, Wid" kata ibu
"oh, ya? kok muat Widya pakai, ya, bu? katanya Bapak gendut?" tanyaku
Ibu merentangkan tangannya, melipat gorden kelabu besar menjadi dua lipatan.
"itu jaket lama sekali. dulu dipake Bapakmu saat masih pacaran dengan ibu."
"Jadi, jaket ini usianya lebih tua dari Widya?" tanyaku tak percaya.
"Iya, Kalo tidak salah, retslitingnya sudah rusak."
"Jaketnya buat widya, ya, bu?"
"Iya. tapi dicuci dulu. bau apek. terlalu lama disimpan"
Tapi aku tidak langsung mencucinya. aku langsung memakainya. bahkan saat naik kereta ke Jogja pun, aku tetap memakainya. aku tak peduli orang-orang di kereta mengernyit jijik saat berpapasan denganku. aku suka bau apeknya, ini bau apek paling enak di dunia. haha.
Kau tau, memiliki jaket ini seperti menemukan harta karun. Kalo kau tak pernah kenal Bapakmu, bahkan tak tau dimana ia tinggal sekarang, bahkan adanyapun hanya tampak seperti mitos, hanya ada ceritanya saja. Tak pernah benar-benar ada orangnya, menemukan satu-satunya barang miliknya yang tertinggal benar-benar suatu keajaiban.
Rasanya mitos itu berubah menjadi sejarah. dengan bukti oetentik. bahwa benar-benar ada seseorang yang bernama bapak. ini buktinya. jaket garis-garis ini.
Mesti aku juga harus jadi menelan kenyataan pait. bahwa ternyata aku hanya manusia biasa. Tidak seperti nabi Isa yang lahir tanpa ayah. Ternyata Bapakku pernah ada. Padahal sebelumnya, aku sering berspekulasi yang aneh-aneh tentang diriku sendiri. seperti alien yang diculik, atau semacam nabi. hihi.
Semakin lama dipake, jaket ini juga makin nyaman, lho. aku bahkan sering berhayal yang tidak-tidak. Saat lengan ku menelusup ke lengan jaket ini, aku seperti merasa bergesekan dengan kulit tangan bapakku. sawo matang. dengan banyak bulu halus. jemarinya pasti besar-besar seperti jemariku. Aku bahkan bisa merasakan keringat bapakku pernah meresap disana. mungkin, noda di ujung lengan ini juga bekas noda keringatnya.
Saat aku menarik topinya menutupi rambut ikalku, aku bisa merasakan, dulu, rambutnya pernah menempel di topi ini. rambutnya pasti ikal. seperti rambutku. Aku berharap ada satu atau dua lembar rambutnya tersangkut di topi ini. mungkin saat itu rambutnya sedang basah sehabis keramas. atau basah karena hujan. kadang-kadang, aku berkhayal ia juga memakai minyak rambut.
lalu aku akan menelusupkan kedua tanganku di sakunya. rasanya hangat. kain jaket di belakang punggungku akan tertarik ke depan. dan kau tau rasanya?
Rasanya seperti di peluk bapakmu.
Seperti saat kau diwisuda, dan bapakmu menghampirimu lalu memelukmu. Atau seperti saat kau baru saja mengucap ijab qobul, lalu bapakmu memelukmu untuk melepasmu hidup mandiri. atau seperti saat...., ah, pasti kau bisa menyebutkan sendiri moment-moment apa lagi saat bapakmu memelukmu. Bukankah bapakmu benar-benar ada? pasti lebih mudah mengingatnya daripada hanya membayangkannya, bukan?
Pokonya seperti itulah. nyaman. aman.
Ah, sudahlahlah. ini hanya perkara jaket biasa. mungkin aku terlalu mebesar-besarkannya.
oh iya, mau ku beritahu satu rahasia? suatu misi kenapa aku selalu mengenakan jaket ini kemana-mana? aku berharap, suatu saat, saat aku melintas, atau bertemu orang-orang, akan ada seseorang yang tiba-tiba teringat pernah melihat jaket ini berpuluh-puluh tahun yang lalu. -semoga, jaket ini dulunya limited edition- Orang itu akan menepuk pundakku dan berkata,
"hey, aku ingat jaket ini. Dulu, tahun 80 an, jaket ini pernah dipake oleh artis X"
Well, kau tau, Kalo kau tak pernah kenal Bapakmu, bahkan tak tau dimana ia tinggal sekarang, bahkan adanyapun hanya tampak seperti mitos, hanya ada ceritanya saja. Tak pernah benar-benar ada orangnya, Selain kau akan berkhayal bahwa kau sebangsa nabi, atau alien yang diculik, kau juga akan berhayal bahwa mungkin, bapakmu adalah orang terkenal. semacam artis. hihihi.
untuk seorang teman.
Aku belum lama memiliki jaket coklat ini. baru sekitar 6 bulan yang lalu. dan sejak itu, aku selalu pergi dengan jaket ini. ke tempat kerja, ke pasar, ke pantai. kemana-mana. kecuali saat jaket ini di cuci tentu saja. Tapi seingatku, jaket ini baru sekali dicuci, sih. hihihi.
Aku meminta jaket ini dari ibuku. Aku melihatnya ada dilemari baju ibu saat ibuku memasukkan selendang-selendang dan gorden-gorden pasca pernikahan adikku dirumah. Tiba-tiba aku melihatnya begitu saja. bertumpuk-tumpuk dengan baju-baju lamaku. samar-samar aku ingat pernah melihatnya waktu aku masih kecil. Tapi dalam moment apa aku tak pernah ingat.
Ibuku tersenyum saat aku menarik jaket coklat itu dari tumpukan baju-baju lama, dan mulai mencobanya. bau apak kain lama yang bertahun-tahun tersimpan dilemari memenuhi hidungku.
"itu jaket Bapakmu, Wid" kata ibu
"oh, ya? kok muat Widya pakai, ya, bu? katanya Bapak gendut?" tanyaku
Ibu merentangkan tangannya, melipat gorden kelabu besar menjadi dua lipatan.
"itu jaket lama sekali. dulu dipake Bapakmu saat masih pacaran dengan ibu."
"Jadi, jaket ini usianya lebih tua dari Widya?" tanyaku tak percaya.
"Iya, Kalo tidak salah, retslitingnya sudah rusak."
"Jaketnya buat widya, ya, bu?"
"Iya. tapi dicuci dulu. bau apek. terlalu lama disimpan"
Tapi aku tidak langsung mencucinya. aku langsung memakainya. bahkan saat naik kereta ke Jogja pun, aku tetap memakainya. aku tak peduli orang-orang di kereta mengernyit jijik saat berpapasan denganku. aku suka bau apeknya, ini bau apek paling enak di dunia. haha.
Kau tau, memiliki jaket ini seperti menemukan harta karun. Kalo kau tak pernah kenal Bapakmu, bahkan tak tau dimana ia tinggal sekarang, bahkan adanyapun hanya tampak seperti mitos, hanya ada ceritanya saja. Tak pernah benar-benar ada orangnya, menemukan satu-satunya barang miliknya yang tertinggal benar-benar suatu keajaiban.
Rasanya mitos itu berubah menjadi sejarah. dengan bukti oetentik. bahwa benar-benar ada seseorang yang bernama bapak. ini buktinya. jaket garis-garis ini.
Mesti aku juga harus jadi menelan kenyataan pait. bahwa ternyata aku hanya manusia biasa. Tidak seperti nabi Isa yang lahir tanpa ayah. Ternyata Bapakku pernah ada. Padahal sebelumnya, aku sering berspekulasi yang aneh-aneh tentang diriku sendiri. seperti alien yang diculik, atau semacam nabi. hihi.
Semakin lama dipake, jaket ini juga makin nyaman, lho. aku bahkan sering berhayal yang tidak-tidak. Saat lengan ku menelusup ke lengan jaket ini, aku seperti merasa bergesekan dengan kulit tangan bapakku. sawo matang. dengan banyak bulu halus. jemarinya pasti besar-besar seperti jemariku. Aku bahkan bisa merasakan keringat bapakku pernah meresap disana. mungkin, noda di ujung lengan ini juga bekas noda keringatnya.
Saat aku menarik topinya menutupi rambut ikalku, aku bisa merasakan, dulu, rambutnya pernah menempel di topi ini. rambutnya pasti ikal. seperti rambutku. Aku berharap ada satu atau dua lembar rambutnya tersangkut di topi ini. mungkin saat itu rambutnya sedang basah sehabis keramas. atau basah karena hujan. kadang-kadang, aku berkhayal ia juga memakai minyak rambut.
lalu aku akan menelusupkan kedua tanganku di sakunya. rasanya hangat. kain jaket di belakang punggungku akan tertarik ke depan. dan kau tau rasanya?
Rasanya seperti di peluk bapakmu.
Seperti saat kau diwisuda, dan bapakmu menghampirimu lalu memelukmu. Atau seperti saat kau baru saja mengucap ijab qobul, lalu bapakmu memelukmu untuk melepasmu hidup mandiri. atau seperti saat...., ah, pasti kau bisa menyebutkan sendiri moment-moment apa lagi saat bapakmu memelukmu. Bukankah bapakmu benar-benar ada? pasti lebih mudah mengingatnya daripada hanya membayangkannya, bukan?
Pokonya seperti itulah. nyaman. aman.
Ah, sudahlahlah. ini hanya perkara jaket biasa. mungkin aku terlalu mebesar-besarkannya.
oh iya, mau ku beritahu satu rahasia? suatu misi kenapa aku selalu mengenakan jaket ini kemana-mana? aku berharap, suatu saat, saat aku melintas, atau bertemu orang-orang, akan ada seseorang yang tiba-tiba teringat pernah melihat jaket ini berpuluh-puluh tahun yang lalu. -semoga, jaket ini dulunya limited edition- Orang itu akan menepuk pundakku dan berkata,
"hey, aku ingat jaket ini. Dulu, tahun 80 an, jaket ini pernah dipake oleh artis X"
Well, kau tau, Kalo kau tak pernah kenal Bapakmu, bahkan tak tau dimana ia tinggal sekarang, bahkan adanyapun hanya tampak seperti mitos, hanya ada ceritanya saja. Tak pernah benar-benar ada orangnya, Selain kau akan berkhayal bahwa kau sebangsa nabi, atau alien yang diculik, kau juga akan berhayal bahwa mungkin, bapakmu adalah orang terkenal. semacam artis. hihihi.
untuk seorang teman.
deg-deg an
Jantungku berdetak tak beraturan saat andi mendekat dan duduk di depanku. aku memandangnya ragu. ia tersenyum.
'bagaimana raisha? kamu sdh memikirkannya?' tanyanya.
aku tdk menjawab. aku belum mampu menjawabnya. tadi siang di telepon ia sudah mengutarakan maksudnya. tapi ak tak tau harus menjawab apa.
andi meraih tanganku.
'aku yakin kita pasti akan lbh bahagia' katanya lagi.
ia membawa tanganku kebibirnya. aku memandangnya tanpa berkedip. menelusuri garis wajahnya dg mataku. membayangkan apa yang mungkin terjadi esok.
aku deg-deg-an sepanjang moment ini. aku menarik nafas dalam untuk menenangkannya. aku tahu saat ini akan datang. rasanya seperti de javu. tapi ak tak menyangka akan secepat ini. aku belum siap. benar-benar belum siap.
tapi andi meyakinkanku. ia mengangkat tubuhnya dari kursi dan mencondongkan tubuhnya ke arahku untuk mencium keningku. di genggamnya tangaku erat-erat.
deg. deg. deg.
aku menangkat tanganya untuk menyentuh daguku. memaksaku untuk memandang matanya. ditatapnya mataku lekat-lekat.
'aku yakin kita akan baik2 saja, raisha. maafkan aku harus menuruti kehendak orang tuaku. aku yakin kamu akan menemukan lelaki yg tepat kelak. bukan aku. kamu perempuan pemberani dan pintar, raisha. kamu akan melewati ini dengan baik' ujarnya.
aku menangguk lemah. melepasnya pergi.
lalu air mataku berhamburan...
tapi aku sudah tak deg-deg-an lagi.
'bagaimana raisha? kamu sdh memikirkannya?' tanyanya.
aku tdk menjawab. aku belum mampu menjawabnya. tadi siang di telepon ia sudah mengutarakan maksudnya. tapi ak tak tau harus menjawab apa.
andi meraih tanganku.
'aku yakin kita pasti akan lbh bahagia' katanya lagi.
ia membawa tanganku kebibirnya. aku memandangnya tanpa berkedip. menelusuri garis wajahnya dg mataku. membayangkan apa yang mungkin terjadi esok.
aku deg-deg-an sepanjang moment ini. aku menarik nafas dalam untuk menenangkannya. aku tahu saat ini akan datang. rasanya seperti de javu. tapi ak tak menyangka akan secepat ini. aku belum siap. benar-benar belum siap.
tapi andi meyakinkanku. ia mengangkat tubuhnya dari kursi dan mencondongkan tubuhnya ke arahku untuk mencium keningku. di genggamnya tangaku erat-erat.
deg. deg. deg.
aku menangkat tanganya untuk menyentuh daguku. memaksaku untuk memandang matanya. ditatapnya mataku lekat-lekat.
'aku yakin kita akan baik2 saja, raisha. maafkan aku harus menuruti kehendak orang tuaku. aku yakin kamu akan menemukan lelaki yg tepat kelak. bukan aku. kamu perempuan pemberani dan pintar, raisha. kamu akan melewati ini dengan baik' ujarnya.
aku menangguk lemah. melepasnya pergi.
lalu air mataku berhamburan...
tapi aku sudah tak deg-deg-an lagi.
teman pura-pura
Aku mendengar suara gadis itu berbicara dg mama dan kakaknya.
suaranya manis dan ceria. aku menyukai pipi chubby dan rambutnya yang
keriting. ia pasti baru pulang sekolah. ia selalu pulang 1 jam lbh siang
karena mamanya sekalian menjemput kakaknya, bimo.
ALIKA sdg berganti baju dibantu mamanya saat aku tiba disamping jendela kamarnya.
'Setelah ini langsung makan, ya' pesan mama sambil mengancingkan baju bermain alika.
alika mengangguk, lalu segera menuju tempat boneka dan meletakkan semua bonekanya di lantai.
Aku melambaikan tangan padanya.
Alika menoleh.
'Hai raras, ayo masuk. main boneka, yuk' ajaknya padaku.
Aku segera masuk dan duduk di lantai. senang akhirnya punya teman.
Alika menjajarkan boneka2nya.
'ini tasya' ia menunjuk sebuah boneka barbie berbaju pink.
'yg ini anita' ia menunjuk ke boneka barbie bergaun warna biru.
'yg ini ramona' ia menunjuk ke boneka barbie yg laìn.
AKU menyentuh boneka itu satu2. aku tdk pernah memiliki boneka2 sebagus itu. dimasaku boneka2 seperti itu blm ditemukan.
'Raras, kak bimo jelek, deh. masak aku ga boleh ngomong lagi sama kamu. katanya, kamu teman pura2. kita kan temen beneran, ya, raras?' katanya mengadu.
Aku mengangguk. Tersenyum. tentu saja kita teman, alika. sudah lama aku bermain-main sendiri. aku senang kamu datang dan menjadi teman terbaikku.
TIBA-tiba bimo datang dan menjulurkan kepalanya dari pintu kamar.
'Ma, alika ngomong lagi sama teman pura2nya' teriaknya pada mama.
Mama bergegas menuju kamar alika. Wajahnya cemas. Sejak pindah ke rumah baru ini, ia memang sering mencemaskan alika.Berbeda dg bimo yg supel, Alika blm punya teman disktar ini.
'alika, jangan bicara sendiri. ayo lekas makan' katanya.
'nanti saja, mama, alika sdg main sama raras' alika menggeleng. pipinya mènggembung lucu.
Mama ikut duduk dilantai, menghela nafas dan memungut sebuah boneka dari lantai.
'Raras, alika makan dulu. raras tunggu disini, ya' mama berkata pada boneka yang di pegangnya. mencoba mengikuti permainan gadis kecilnya.
Alika merebut boneka yang dipegang mamanya.
'Mama, yang ini ramona. bukan raras. raras bukan boneka. raras yg itu' ujarnya sambil menunjukku.
aku mengangkat bahu. Dalam pandangan mama, Alika menunjuk udara kosong di depannya. tak ada boneka. tak ada siapa-siapa. Tiba-tiba mama merasa udara terlalu dingin di sekeliling lehernya. bulu kuduknya meremang. ia ingat, beberapa bulan yg lalu saat membangun rumah ini, ia lupa tidak selamatan...
ALIKA sdg berganti baju dibantu mamanya saat aku tiba disamping jendela kamarnya.
'Setelah ini langsung makan, ya' pesan mama sambil mengancingkan baju bermain alika.
alika mengangguk, lalu segera menuju tempat boneka dan meletakkan semua bonekanya di lantai.
Aku melambaikan tangan padanya.
Alika menoleh.
'Hai raras, ayo masuk. main boneka, yuk' ajaknya padaku.
Aku segera masuk dan duduk di lantai. senang akhirnya punya teman.
Alika menjajarkan boneka2nya.
'ini tasya' ia menunjuk sebuah boneka barbie berbaju pink.
'yg ini anita' ia menunjuk ke boneka barbie bergaun warna biru.
'yg ini ramona' ia menunjuk ke boneka barbie yg laìn.
AKU menyentuh boneka itu satu2. aku tdk pernah memiliki boneka2 sebagus itu. dimasaku boneka2 seperti itu blm ditemukan.
'Raras, kak bimo jelek, deh. masak aku ga boleh ngomong lagi sama kamu. katanya, kamu teman pura2. kita kan temen beneran, ya, raras?' katanya mengadu.
Aku mengangguk. Tersenyum. tentu saja kita teman, alika. sudah lama aku bermain-main sendiri. aku senang kamu datang dan menjadi teman terbaikku.
TIBA-tiba bimo datang dan menjulurkan kepalanya dari pintu kamar.
'Ma, alika ngomong lagi sama teman pura2nya' teriaknya pada mama.
Mama bergegas menuju kamar alika. Wajahnya cemas. Sejak pindah ke rumah baru ini, ia memang sering mencemaskan alika.Berbeda dg bimo yg supel, Alika blm punya teman disktar ini.
'alika, jangan bicara sendiri. ayo lekas makan' katanya.
'nanti saja, mama, alika sdg main sama raras' alika menggeleng. pipinya mènggembung lucu.
Mama ikut duduk dilantai, menghela nafas dan memungut sebuah boneka dari lantai.
'Raras, alika makan dulu. raras tunggu disini, ya' mama berkata pada boneka yang di pegangnya. mencoba mengikuti permainan gadis kecilnya.
Alika merebut boneka yang dipegang mamanya.
'Mama, yang ini ramona. bukan raras. raras bukan boneka. raras yg itu' ujarnya sambil menunjukku.
aku mengangkat bahu. Dalam pandangan mama, Alika menunjuk udara kosong di depannya. tak ada boneka. tak ada siapa-siapa. Tiba-tiba mama merasa udara terlalu dingin di sekeliling lehernya. bulu kuduknya meremang. ia ingat, beberapa bulan yg lalu saat membangun rumah ini, ia lupa tidak selamatan...
November 23, 2012
kerja dimana
Malam minggu kemarin, saya dan ayah tyo pergi ke warung makan
nasi goreng dan mie goreng favorit kami di daerah selatan Bantul. Saya
memesan nasi godog (semacam nasi goreng tapi pake kuah), dan ayah tyo
memesan mie rebus dengan tambahan kepala ayam. Di bangku depan kami,
duduk sepasang suami istri setengah baya sedang menunggu pesanan mereka
juga. Kami berempatpun ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu pesanan
kami. Maklum, tempat makan favorit kami ini terkenal dengan antriannya
yang lama. kami datang jam 7 malam, sampai jam 8 lewat pesanan belum
datang juga. Kami berbagi referensi tempat makan yang enak di jogja,
berbagi cerita tentang pengalaman makan masing-masing, dan lain
sebagainya.
Sampai si ibu kemudian bertanya pada saya, "lha mbaknya kerja dimana?"
"di rumah makan, bu" jawab saya
"wah, pantesan gendut..." kata si ibu.
kami semua tertawa. padahal tak semua orang yang kerja di rumah makan itu gendut, lho....
pesanan kami datang, kamipun makan sambil sibuk mengomentari makanan kami. lalu si ibu yang tampaknya banyak bicara itu bertanya lagi.
kali ini pada ayah tyo, "kalo masnya, buka usaha apa?"
"saya serabutan, bu. apa-apa dikerjakan" jawab ayah tyo.
***
Seperginya bapak dan ibu itu, saya dan ayah tyo masih duduk sambil ngobrol-ngobrol. Ayah tyo heran dengan si ibu. kok ya nanyanya pas banget. saya di tanya kerja dimana. dan ayah tyo, yang kebetulan bekerja sendiri, ditanya buka usaha apa. saya mencoba menjawab sekenanya. mungkin si ibu melihat muka kita. muka orang yang bekerja terlihat lebih menderita dan tertekan daripada muka orang yang berwirausaha.
Bicara tertekan dan tidak tertekan, saya malah jadi ingat saat beberapa bulan yang lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha sendiri. Rasanya lebih tertekan daripada bekerja pada orang lain. Menghitung angsuran yang harus dibayar, menghitung pemasukan yang tidak pasti, dan tetek bengek lainnya yang sungguh memusingkan. Saat itu saya merasa bekerja lebih menjanjikan. Setidaknya resiko yang saya tanggung tidak seberat kalo saya buka usaha sendiri. Dan akhirnya saya menyerah. Saya kembali bekerja. Meski rasanya ya tetap tertekan juga. hihihi.
Tapi suatu saat, tentu saja saya akan berusaha sendiri kembali. Dengan mental, persiapan dan pengalaman yang jauh lebih matang. Suatu saat, saat saya sedang menunngu pesanan nasi godog saya datang, orang lain tidak akan bertanya saya kerja dimana, karena muka saya tidak tertekan lagi. :D
Ayah tyo berhenti sejenak dari menyeruput jeruk hangatnya, dan tertawa demi mendengar tekad saya. di tengah tawanya ia berkata: amin.
Sampai si ibu kemudian bertanya pada saya, "lha mbaknya kerja dimana?"
"di rumah makan, bu" jawab saya
"wah, pantesan gendut..." kata si ibu.
kami semua tertawa. padahal tak semua orang yang kerja di rumah makan itu gendut, lho....
pesanan kami datang, kamipun makan sambil sibuk mengomentari makanan kami. lalu si ibu yang tampaknya banyak bicara itu bertanya lagi.
kali ini pada ayah tyo, "kalo masnya, buka usaha apa?"
"saya serabutan, bu. apa-apa dikerjakan" jawab ayah tyo.
***
Seperginya bapak dan ibu itu, saya dan ayah tyo masih duduk sambil ngobrol-ngobrol. Ayah tyo heran dengan si ibu. kok ya nanyanya pas banget. saya di tanya kerja dimana. dan ayah tyo, yang kebetulan bekerja sendiri, ditanya buka usaha apa. saya mencoba menjawab sekenanya. mungkin si ibu melihat muka kita. muka orang yang bekerja terlihat lebih menderita dan tertekan daripada muka orang yang berwirausaha.
Bicara tertekan dan tidak tertekan, saya malah jadi ingat saat beberapa bulan yang lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha sendiri. Rasanya lebih tertekan daripada bekerja pada orang lain. Menghitung angsuran yang harus dibayar, menghitung pemasukan yang tidak pasti, dan tetek bengek lainnya yang sungguh memusingkan. Saat itu saya merasa bekerja lebih menjanjikan. Setidaknya resiko yang saya tanggung tidak seberat kalo saya buka usaha sendiri. Dan akhirnya saya menyerah. Saya kembali bekerja. Meski rasanya ya tetap tertekan juga. hihihi.
Tapi suatu saat, tentu saja saya akan berusaha sendiri kembali. Dengan mental, persiapan dan pengalaman yang jauh lebih matang. Suatu saat, saat saya sedang menunngu pesanan nasi godog saya datang, orang lain tidak akan bertanya saya kerja dimana, karena muka saya tidak tertekan lagi. :D
Ayah tyo berhenti sejenak dari menyeruput jeruk hangatnya, dan tertawa demi mendengar tekad saya. di tengah tawanya ia berkata: amin.
maaf
waktu aku bilang maafkan aku, kau menjawab: bukan kesalahanmu,
nduk. kau tak perlu minta maaf untuk hal-hal yg tidak kau lakukan. lalu
air matakupun berjatuhan.
aku minta maaf karena kau bersedih dan aku tak bisa menghiburmu.
aku minta maaf karena kau meneteskan airmata dan aku tak bisa menenteramkan hatimu.
aku minta maaf atas semua hal buruk yang menimpamu dan aku tak kuasa mencegahnya.
aku minta maaf karena Tuhan sedang mengujimu dan permohonanku pada-Nya agar kau diberi hidup tenang dan nyaman tanpa cobaan tak dikabulkan-Nya.
aku minta maaf karena aku tak bisa memaksa saudara-saudaraku untuk tidak melakukan hal-hal bisa membuatmu bersedih.
aku minta maaf karena tak bisa menyuruh semesta alam berkonspirasi untuk membuatmu bahagia saja. senang-senang saja. tenang-tenang saja.
aku minta maaf karena aku bukan apa-apa. aku minta maaf karena tak tau harus melakukan apa untuk bisa mengurangi bebanmu.
aku tau itu bukan salahku. aku hanya merasa bersalah kalau kau bersusah hati.
tak ada yang bisa kulakukan selain minta maaf padamu atas nama semua hal buruk yang terjadi. maafkan aku karena tak bisa mencegahnya sebelum menghampirimu.
tapi aku tahu sesuatu, buk, bahwa Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik. bahwa hal-hal baik, akan terlihat baik bila waktunya tiba. jadi jangan bersedih, buk. karena aku paling merasa sedih, bila mendengarmu bersedih.
:D
aku minta maaf karena kau bersedih dan aku tak bisa menghiburmu.
aku minta maaf karena kau meneteskan airmata dan aku tak bisa menenteramkan hatimu.
aku minta maaf atas semua hal buruk yang menimpamu dan aku tak kuasa mencegahnya.
aku minta maaf karena Tuhan sedang mengujimu dan permohonanku pada-Nya agar kau diberi hidup tenang dan nyaman tanpa cobaan tak dikabulkan-Nya.
aku minta maaf karena aku tak bisa memaksa saudara-saudaraku untuk tidak melakukan hal-hal bisa membuatmu bersedih.
aku minta maaf karena tak bisa menyuruh semesta alam berkonspirasi untuk membuatmu bahagia saja. senang-senang saja. tenang-tenang saja.
aku minta maaf karena aku bukan apa-apa. aku minta maaf karena tak tau harus melakukan apa untuk bisa mengurangi bebanmu.
aku tau itu bukan salahku. aku hanya merasa bersalah kalau kau bersusah hati.
tak ada yang bisa kulakukan selain minta maaf padamu atas nama semua hal buruk yang terjadi. maafkan aku karena tak bisa mencegahnya sebelum menghampirimu.
tapi aku tahu sesuatu, buk, bahwa Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik. bahwa hal-hal baik, akan terlihat baik bila waktunya tiba. jadi jangan bersedih, buk. karena aku paling merasa sedih, bila mendengarmu bersedih.
:D
Langganan:
Postingan (Atom)