September 26, 2009

Septi, gadis kecil yang tak pernah ada

Bagaimana mungkin kamu merasa kehilangan, padahal kamu tak pernah memilikinya.

Saat melihatnya dari video Handphone berdurasi 3 menit milik teman saya, dan saya langsung jatuh hati pada gadis kecil itu. Pipinya begitu merah, tembem cantik dengan bulu-bulu halus disekelilingnya. Matanya terpejam. Tanganya menggapai-gapai dalam sarung tangan kecil warna biru muda. Bibirnya bergerak-gerak lucu,seakan-akan tak sabar menanti susu cair yang akan disuapkan padanya dengan sendok kecil. Saya ingin sekali menggendongnya. Saya membayangkan bau minyak telon, baby oil dan bedak bayi yang beraroma khas. Saya juga ingin menyentuh kulitnya yang pasti lembut sekali. Juga pipinya yang mengundang untuk dicium habis-habisan. Aduhhh, gemas sekali saya melihatnya.

Kemudian teman saya memperlihatkan video yang lain. Masih gadis kecil yang sama. Telanjang. perutnya menggelembung seperti balon. Matanya terpejam. Kaku. Tubuhnya membiru. Teman saya bercerita bahwa gadis kecil itu akhirnya meninggal diusia yang ke 12 hari. Saya tercekat dan terdiam. Bagaimana mungkin gadis kecil selucu itu pergi begitu cepat?. Benak sayapun dipenuhi bayangan si gadis kecil, terkubur sendirian. dikerubungi belatung. membusuk.

Dia adalah Septi, gadis kecil yang tak pernah ada. Tidak pernah saya kenal. Anak teman saya yang beberapa bulan lalu menikah, dan meminta saya menjadi juru foto jadi-jadianya. Tempat tinggal yang berpindah-pindah membuat saya lost contact denganya. Sekarangpun dia entah dimana. Kawan saya yang lain yang mengabarkan berita ini pada saya. Beberapa hari yang lalu ia lewat karena hendak pulang ke tanah jawa.

Kasihan Septi, gadis kecil itu pasti tak akan pernah tau sandiwara apa yang dimainkan ayah dan ibunya. Ia juga tak tahu, bagaimana mungkin orang-orang yang seharusnya melindunginya tega melakukan hal-hal jahat padanya. Bahkan sebelum ia dilahirkan. Ia tak tahu. Orang yang merawatnya hanya tau tiba-tiba perutnya menggelembung, dan tau-tau ia sudah tak bernyawa dengan tubuh biru. Bahkan tak ada yang mau repot membawanya kerumah sakit untuk mengetahui sebab kematiannya. Toh tak ada yang berkepentingan juga kata mereka. Mendengar cerita teman saya, saya seperti mendengar suara derit kerikil yang tidak sengaja tercampur dengan kapur saat dipakai untuk menulis di papan. miris.

Saya tidak mengenalnya. Saya menyesal sekali ia hanya berusia 12 hari. Seharusnya ia tumbuh besar dan menjadi gadis kecil berbaju renda-renda yang lucu. Meski saya tahu Tuhan selalu mempunyai jawaban atas semua pertanyaan, hati kecil saya masih menyalahkan ayah ibunya. Saya tidak pernah tau apa penyebab kematiannya, teman saya pun tak tau. saya hanya teringat cairan-cairan pekat yang diminum ibunya. Tapi entahlah

Sampai sekarang saya tidak bisa melepaskan pikiran saya dari gadis kecil itu. Gadis kecil yang tak pernah ada. kecil. terpejam. kaku. perut sebesar balon. tubuh membiru. Hanya wajahnya terlihat begitu damai. Mulutnya seakan membentuk senyuman. Mungkin malaikat membisikan sebuah rahasia padanya. Bahwa disana, di surga, ada bidadari cantik baik hati yang akan merawatnya dengan penuh cinta.


Tulisan ini saya tulis tanpa ijin sebelumnya. Tidak ada yang bisa dimintai ijin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......