November 23, 2012

kerja dimana

Malam minggu kemarin, saya dan ayah tyo pergi ke warung makan nasi goreng dan mie goreng favorit kami di daerah selatan Bantul. Saya memesan nasi godog (semacam nasi goreng tapi pake kuah), dan ayah tyo memesan mie rebus dengan tambahan kepala ayam. Di bangku depan kami, duduk sepasang suami istri setengah baya sedang menunggu pesanan mereka juga. Kami berempatpun ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu pesanan kami. Maklum, tempat makan favorit kami ini terkenal dengan antriannya yang lama. kami datang jam 7 malam, sampai jam 8 lewat  pesanan belum datang juga. Kami berbagi referensi tempat makan yang enak di jogja, berbagi cerita tentang pengalaman makan masing-masing, dan lain sebagainya.
Sampai si ibu kemudian bertanya pada saya, "lha mbaknya kerja dimana?"
"di rumah makan, bu" jawab saya
"wah, pantesan gendut..." kata si ibu.
kami semua tertawa. padahal tak semua orang yang kerja di rumah makan itu gendut, lho....
pesanan kami datang, kamipun makan sambil sibuk mengomentari makanan kami. lalu si ibu yang tampaknya banyak bicara itu bertanya lagi.
kali ini pada ayah tyo, "kalo masnya, buka usaha apa?"
"saya serabutan, bu. apa-apa dikerjakan" jawab ayah tyo.
  ***
Seperginya bapak dan ibu itu, saya dan ayah tyo masih duduk sambil ngobrol-ngobrol. Ayah tyo heran dengan si ibu. kok ya nanyanya pas banget. saya di tanya kerja dimana. dan ayah tyo, yang kebetulan bekerja sendiri, ditanya buka usaha apa. saya mencoba menjawab sekenanya. mungkin si ibu melihat muka kita. muka orang yang bekerja terlihat lebih menderita dan tertekan daripada muka orang yang berwirausaha.
Bicara tertekan dan tidak tertekan, saya malah jadi ingat saat beberapa bulan yang lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha sendiri. Rasanya lebih tertekan daripada bekerja pada orang lain. Menghitung angsuran yang harus dibayar, menghitung pemasukan yang tidak pasti, dan tetek bengek lainnya yang sungguh memusingkan. Saat itu saya merasa bekerja lebih menjanjikan. Setidaknya resiko yang saya tanggung tidak seberat kalo saya buka usaha sendiri. Dan akhirnya saya menyerah. Saya kembali bekerja. Meski rasanya ya tetap tertekan juga. hihihi.
Tapi suatu saat, tentu saja saya akan berusaha sendiri kembali. Dengan mental, persiapan dan pengalaman yang jauh lebih matang. Suatu saat, saat saya sedang menunngu pesanan nasi godog saya datang, orang lain tidak akan bertanya saya kerja dimana, karena muka saya tidak tertekan lagi. :D
Ayah tyo berhenti sejenak dari menyeruput jeruk hangatnya, dan tertawa demi mendengar tekad saya. di tengah tawanya ia berkata: amin.

maaf

waktu aku bilang maafkan aku, kau menjawab: bukan kesalahanmu, nduk. kau tak perlu minta maaf untuk hal-hal yg tidak kau lakukan. lalu air matakupun berjatuhan.

aku minta maaf karena kau bersedih dan aku tak bisa menghiburmu.
aku minta maaf karena kau meneteskan airmata dan aku tak bisa menenteramkan hatimu.
aku minta maaf atas semua hal buruk yang menimpamu dan aku tak kuasa mencegahnya.
aku minta maaf karena Tuhan sedang mengujimu dan permohonanku pada-Nya agar kau diberi hidup tenang dan nyaman tanpa cobaan tak dikabulkan-Nya.
aku minta maaf karena aku tak bisa memaksa saudara-saudaraku untuk tidak melakukan hal-hal bisa membuatmu bersedih.
aku minta maaf karena tak bisa menyuruh semesta alam berkonspirasi untuk membuatmu bahagia saja. senang-senang saja. tenang-tenang saja.
aku minta maaf karena aku bukan apa-apa. aku minta maaf karena tak tau harus melakukan apa untuk bisa mengurangi bebanmu.

aku tau itu bukan salahku. aku hanya merasa bersalah kalau kau bersusah hati.
tak ada yang bisa kulakukan selain minta maaf padamu atas nama semua hal buruk yang terjadi. maafkan aku karena tak bisa mencegahnya sebelum menghampirimu.

tapi aku tahu sesuatu, buk, bahwa Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik. bahwa hal-hal baik, akan terlihat baik bila waktunya tiba. jadi jangan bersedih, buk. karena aku paling merasa sedih, bila mendengarmu bersedih.


:D

November 22, 2012

dolankaropakne: gulai pak sonto


Minggu lalu, sambil menunggu motor saya di servis di bengkel langganan, pakne menjemput saya untuk sarapan. Tadinya pakne mau mengajak saya makan di warung soto langganannya di sekitar jalan wonosari. Sudah jauh-jauh kami kesana, ternyata warungnya belum buka. Kamipun berputar-putar di sekitar sana mencari makanan yang kira-kira bisa menyegarkan pagi kami. Sempat berfikir untuk mencoba lagi pecel wader di sekitar bandara. Tapi ternyata belum buka juga. :D
Akhirnya kami kembali ke arah barat lagi, dan pilihan jatuh ke warung sate pak sonto. kalo belum tau, lokasinya ada di kompleks aau janti. Kalo kalian dari arah utara, setelah jembatan layang Janti agak ke selatan kira-kira 50 m, warungnya ada di timur jalan.
Tempatnya jelas tidak istimewa. Tidak ada hotspot area ataupun karaoke gratis. Hanya warung makan merangkap tempat tinggal biasa milik pak sonto dan keluarga. Disana kami di sambut oleh perempuan tua -mungkin Bu Sonto- yang menanyakan kami mau pesan apa. Karena hari masih pagi, dan kami ingin sesuatu yang berkuah menyegarkan, kamipun memilih gulai kambing dan teh hangat.
Tak seberapa lama, pesanan kamipun datang. Kami mendapat 2 piring gulai kambing dan sebakul kecil nasi yang bisa kami ambil sendiri. Dan sesuai harapan kami, gulai kambingnya segaaaaarrrr. iso dan babatnya direbus sampai empuk sekali, sehingga kami tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menguyahnya kuat-kuat. Santanya tidak terlalu kental. sehingga rasanya ringan di lidah, enteng di perut. cocok untuk sarapan pagi. Ulekan cabe merahnya juga tidak terlalu pedas, pas dengan perut pakne yang tidak tahan pesadas. Untuk saya yang pecinta makanan pedas, ada semangkuk cabe rawit hijau yang boleh dimakan sepuasnya. Kalo saja pak Bondan ikut dengan kami, pasti beliau akan bilang: mak nyusss.
Harga di warung sate pak sonto juga tidak terlalu mahal. cocok untuk pecinta kuliner ndeso berkantung tipis seperti saya. satu porsi gulai kambing hanya Rp 9,000 saja. untuk menu yang lainnya juga standar. 13.000 untuk sate, 14.000 untuk tonseng, dan 10.000 untuk nasi goreng kambing. sedang nasinya free.
Masih banyak warung-warung ndeso lainnya yang sudah saya coba bersama pakne, kapan-kapan, saya tulis untuk kalian. Jajan itu gak harus di tempat yang modern dan kebarat-baratan, kok. banyak tempat-tempat ndeso yang alamiah,-bukan tempat makan modern yang di setting ndeso-, yang enak dan pantas dikunjungi. warung-warung di ujung-ujung kampung yang makanannya sederhana namun enak, dan disajikan oleh pemilik yang semanak dan ramah luar biasa. :D