Mei 21, 2010

malu


kalo saya sih, masih bisa menahan lapar, mbak. tapi anak-anak saya tidak.

bapak itu datang pada saya. selepas maghrib. saat saya dan adik saya sedang makan dengan sambel terasi dan lauk yang saya bawa pulang dari tempat kerja. menaiki sepeda tua yang buruk rupa, jauh lebih buruk rupa dari pada phanther. mukanya pucat dan suaranya terbata-bata. bercerita ini itu ini itu ini itu. dan saya melihat matanya merah, meski ia mencoba menyembunyikannya dengan bicara tanpa mau menatap saya. seorang bapak, dengan 4 orang anak yang masih kecil dan istri yang meriang. bersepeda dari sagan ke gedong kuning, dan nanti harus pulang dengan bersepeda lagi ke kalasan. ia hanya ingin pinjam uang, 50 ribuuuu saja.

tiba-tiba saja saya merasa seperti ditampar. dengan sandal jepit. berpaku pula. tiba-tiba saya merasa menjadi orang paling sombong sedunia. tiba-tiba saya ingin menggali tanah dibawah saya dan masuk kedalamnya. saya malu sekali. saya tau semua benda di kamar kos saya sedang menahan tawa. menertawakan kebodohan saya. saya malu. benar-benar malu.

betapa uang sejumlah itu bisa saja habis dalam satu kibasan saja ditangan saya. betapa pulsa sejmlah itu bisa saya habiskan hanya dalam waktu singkat. betapa saya bisa pergi ke toko kue dan membeli jajanan sejumlah itu yang akan saya habiskan dalam sekejap saja. betapa uang sebesar itu bisa saya bawa jalan-jalan dengan adik saya, dan blasss, tiba-tiba sudah tidak ada. betapa uang itu seharga 2 karcis nonton film di twentyone dengan durasi 1,5 jam-an. betapa uang sebesar itu sering saya habiskan untuk membeli novel dan hanya akan habis saya baca dalam waktu 2 jam.

dan bodohnya, saya menyebutnya sebagai pengeluaran profesional, sebagai ganti atas kepenatan saya pada pekerjaan. saya menyebutnya harga yang pantas dibayar untuk sebuah kenikmatan.

seandainya saya lebih bijaksana, mungkin saya tidak akan semalu ini.

saya malu. benar-benar malu.

jangankan lapar, belum lapar saja saya sudah makan, berlebih malah. kadang sampe glege'en karena kekenyangan. kadang sampe terbuang makanan karena tidak termakan selama berhari-hari. sedang anak kecil dikalasan sana, dikhawatirkan lapar, kalo orang tuanya tidak membawa apa-apa malam itu.

saya tau betapa minimnya upah minimum propinsi di jogja. jangankan mendekati, untuk orang-orang yang berkerja di sektor informal, gaji separoh ump itu sudah sangat beruntung sekali. masih untunggggg, ada kerjaan, kata mereka.

saya tidak berniat sombong ato menyebarluaskan kemiskinan. semua orang juga tau saya sama miskinnya dengan mereka. hanya mungkin di beberapa hal, saya lebih beruntung.

saya bersukur saya punya pekerjaan tetap. saya bersukur tidak kesulitan mencari pekerjaan. tapi saya sering malu karena ada beberapa orang tidak seberuntung saya, dan sayapun tidak bisa berbuat banyak untuk mereka. jelas saya cuma omong besar saja. mungkin malaikat-malaikat cuma akan ketawa sambil mencatat di pundak kiri, halah, bersukur opo, ka, ka.

ah, sudahlah, sore ini akan sangat menyebalkan kalo dihabiskan dengan membaca ocehan omong kosong saya. yuk mari peduli, agar kita tidak semalu saya nanti. :D

Mei 16, 2010

ini pagi

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin mambakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi

(pada suatu pagi hari, oleh sapardi joko damono)



disinilah saya, tengkurap ditemani setoples kerupuk udang. dan secangkir kopi. sudah mandi, mencuci dan berseragam batik. berencana sarapan dengan sebungkus bubur gudeg pinggir jalan. sambil berharap. semoga hari ini tidak hujan. sebab kalo hujan, besok saya harus memakai baju ini lagi. padahal kemarin sudah saya pakai. aihhhhh.........


*jadi, apa hubungannya coba dengan puisinya pak sapardi?. :D

Mei 14, 2010

saya cemburu


saya cemburu. pada suara kokok ayam di pagi hari. saya cemburu. pada cericit burung-burung di pagi hari. saya cemburu pada sinar matahari yang masuk lewat jendela yang tak sempurna tertutup tirai. saya cemburu pada celoteh anak kecil sebelah rumah. saya cemburu. pada bau ayam rebus yang tercium dari rumah sebelah. saya cemburu. pada mas-mas koran yang pagi-pagi sudah menyelipkan koran dirumah-rumah. saya cemburu. pada mbok-mbok yang membawa tenggok dipasar pagi-pagi. saya cemburu. pada tukang roti yang lewat depan rumah.

bagaimana bisa mereka bangun pagi dan begitu bersemangat?.

saya cemburu. karena setiap bangun pagi, saya hanya menginginkan satu hal, yaitu tidur lagi. hehe.

saya ingin seperti mereka.


keterangan gambar: pantai sanur pagi hari, saat saya main kerumah teman baik, dan teman baik satu lagi. *kedip*

Mei 12, 2010

twenty sumthing and nothing




bagi saya, hari ulang tahun gak beda dengan hari-hari yang lain. kalo jatuh hari senin, maka rasanya seperti hari senin. kalo jatuh hari jumat, ya rasanya seperti jumat-jumat yang lain. dan rasanya setiap bertambah usia, -atau sebenarnya berkurang jatah hidup?-, saya selalu merasa biasa saja. tidak ada perasaan seperti tiba-tiba layaknya memasuki dimensi lain atau apa. biasa saja. saya bangun, dan saya tetap manusia yang sama dengan kemarin.

ulang tahun seperti ceremony biasa saja. seperti upacara bendera dihari senin, peringatan tujuh belasan, atau peringatan-peringatan yang lain. tapi aneh rasanya kalo ulang tahun dirayakan. bukanya makin tambah umur, kita makin dekat dengan kematian?. jadi merayakan hari ulang tahun sepertinya sama halnya dengan merayakan kematian yang makin dekat. ya, kan?. :D

ahh, mungkin yang orang-orang maksud bukan merayakan kematian. mungkin hal-hal lain yang lebih menggembirakan. seperti makin tua makin dewasa, makin tua makin sukses, makin tua makin banyak uang, makin tua makin peduli. hal-hal semacam itulah.

atau justru bersukur karena masih diberi umur sampai sekian, ya?.

iya. saya bersukur. meski sudah duapuluh berapa dan saya tetap bukan apa-apa, saya selalu punya teman-teman baik. teman-teman yang bertahan, teman-teman baru, teman-teman lama yang dipertemukan kembali. teman-teman yang tetap ada meski saya bukan siapa-siapa. terimakasih banyak....

dan disinilah saya, subuh hari, masih menjadi manusia yang sama dengan kemarin. sepertinya sudah lama saya tidak peduli dengan panggilan untuk bersukur.




keterangan gambar: kue ultah dari adik saya. difoto sebelum habis diganyang. trims, ya, nenk.:D