Februari 29, 2008

pengen muntah.........

Ada 2 opsi, jadi karyawan dengan jabatan tinggi di perusahaan kecil, atau jadi karyawan rendah di perusahaan besar?. Saat ini saya milih yang kedua. Karena itu berarti, kamu enggak perlu mikirin kantormu terlalu banyak, enggak perlu enggak enak ati kalo mau cabut, enggak perlu terlalu mengambil hati pada apa yang terjadi di sekitar tempat kerjamu, enggak sungkan2 kalo mau demo, atau menuntut apa ajah. Ya, kan?
Enggak seperti saya saat ini.

hhhhhh, Saya ingin tidur, 3 minggu, dan begitu bangun, saya sudah jadi vampire, jadi enggak usah bekerja, tidur di siang hari, malamnya pergi mencari mangsa untuk dihisap darahnya. *beginilah kalo terlalu banyak baca Buffy*

Februari 26, 2008

gak ada judul

libur. Tidur dari siang sampe maghrib. Buffy the Vampire salayernya akhirnya habis sudah. Saya sering membeli novel rijeck di minggu pagi, dan biasanya di hari selasa saya sudah menghabiskan semua novel itu. Tapi, minggu ini, karena saya selalu pulang malam, sudah terlalu capek untuk membaca novel, ditambah lagi tiap tengah malam, kaki saya selalu kram, rasanya sakit dan tidak karuan, sama seperti saat saya masih ngenger sebelum melarikan diri dari rumah budhe saya. Saya ingat, rasa sakit itu muncul saat saya terlalu capek dan tertekan. mungkin juga karena terlalu banyak kolesterol. Jadinya sampe hari minggu lagi, sampe saya beli 2 novel rijeck lagi (karangan sophie kasela, atau kisela, entahlahm saya lupa namanya, dan meg cabot, pesenan temen saya), saya belum juga menyelesaikan novel itu. Padahal harapan saya setiap siang hari adalah, pulang kerja normal, beli es teh seplastik penuh, bikin indomie dengan 2 telur, satu di goreng, satu lagi dicampur di mienya, setel geronimo, tengkurap, dan menghabiskan semua novel misteri saya. haha, kadang2 memang orang yang terlalu banyak keinginan harus bersiap-siap untuk kecewa.....
Saya bangun, duduk, lalu tidur lagi. Benar2 tidak produktif, bahkan keluar untuk membeli air yang sudah kosong berminggu-minggu pun, rasanya malas sekali. membeli makanan juga malas. cuci piring juga. waduh, rasanya kok seperti di gigit lalat tse-tse. Padahal, kemarin rencananya mau pulang, membuat pizza indomie untuk adik-adik, membeli sterofoam untuk agung, donat untuk riski, parfum untuk eneng, dan membeli roti sobek untuk mbah simak. Tapi semuanya enggak jadi. dari yang rencananya mau naik prameks jam 9 enggak jadi, karena mbak in enggak bisa buka pintu, terus mau naik pasundan jam 12, enggak jadi lagi karena malas. Lalu mau naik prameks sore, enggak jadi karena tidur, mau naik kereta selanjutnya, sudah kehilangan mood karena pasti hanya bakal mung saknyuan dirumah. Yang ada pasti cuma gondok, karena belum tuntas kangennya. Ya akhirnya hanya di kota berhati nyam2 ini, melanjutkan baca novel , dan keluar juga beli air, karena sudah kehausan.
Kebiasaan buruk: suka menunda-nunda pekerjaan, akhirnya malah enggak jadi semua.

Februari 23, 2008

siang. dan beberapa hari ini tidak tidur puas. Dan sebel. dan pengen namgis. Hanya karena pekerjaan. Saya heran, kok ya ada orang yang begitu egois. masak saya harus balik lagi, hanya karena mobil mau dipake. Kadang, saya muak berurusan dengan orang egois.

Februari 21, 2008

mengenang phanter

saya sudah melihatnya
di basement saphir square. pas saya bayar telphon kemarin.
biru, cantik, kuat, nyaman
persis seperti impian saya.
setangnya biru, sadel hitam. dengan besipenyangga biru, ada gir gigi di setang kanannya, keranjang warna hitam di depan. Masih berbungkus plastik. Saya sampe kebayang-bayang terus.
Tunggu, ya, hanih, tunggu sampe saya enggak terancam tunawisma dulu, tunggu sampe bisa bayar ongkos kursus dulu. tunggu, ya. nanti kalo semua sudah selesai, kamu boleh tinggal di depan kamar kos saya yang sempit. Kita akan berpetualang kemana saja rodamu bergulir. kita bisa kemana-mana tanpa ada bensin yang keluar. ya kan? paling cuma makanku yang makin banyak. hehe
Tapi, hanih, secantik apapun kamu,kamu enggak akan bisa menggantikan phanterku tercinta, yang sudah menemani hari2 penuh perjuangan bersama keringat yang selalu mengucur deras. Nanti, kalo kamu sudah ada di rumah, kamu harus berkenalan pada Phanter. Kamu harus menghirmatinya,meski harganya hanya 60 ribu, bekas, beli dipasar terban. Tapi kamu harus tahu,hanih, Dia sudah menghasilkan berjuta-juta rupiah hingga bisa membiayai kebutuhan sekolahku. Dia sudah menempuh jarak beratus2 kilo. gramedia-gowongan-dagen. terban-jec-dagen. jalan mataram-gedong kuning-dagen. jalanmataran-condong catur-dagen. belum lagi, jalan mataram-demak ijo-dagen. kalo sekarang phanter, calon kakakmu itu, terongggok lesu di rumah Oomku, itu sungguh bukan salahnya, semua salahku, hingga aku takpernah punya waktu dan tenaga untuk merawatnya kembali. semua salahku hingga kini dia berganti setang menjadi setang sepeda jengki, padahal tadinya setangnya lurus.
Jadi ingat, dulu, setiap pagi, jam 6, saya menuntun phanter keluar dari kos2an, mengajaknya pergi bekerja, menyusuri jalan solo, masih pagi dan dingin. Kadang juga mengajaknya ke KR, melihat lowongan kerja. Kemudian siangnya saya pacu lagi untuk mendatangi alamat2 yang tertera. Malamnya saya ajak dia kekampus, belajar bersama saya, meski buruk rupa, saya tidak pernah menaruhnya di deretan2 sepeda bermotor, saya selalu menaruhnya di parkiran mobil. E, siapa tau bisa nggores cat mobil teman2 dan dosen2 saya, hehe...
waktu itu, si Phanter seperti sahabat setia, tidak mengeluh, tidak protes, tidak marah2.
Jadi, hanih, nanti kalo kamu tinggal bersama kami. kamu jangan sombong, ya, kamu memang mahal, bahkan untuk membelimupun, aku harus menabung dulu. Kamu harus menghormati Phanter, dimanapun dia berada. karena Dia dibeli dengan gaji pertamaku. Dia sangat berarti bagi saya.
Hanih, semoga tidak ada yang menyukai kamu, ya. Jadi nanti, kalo uang saya sudah cukup. saya bisa membeli kamu. ya kan?



untuk phanter, maafkan mama, ya,jarang menengok kamu. nanti, kalo ada waktu luang, mama bawa kamu pulang kembali. tunggu, ya,

Februari 18, 2008

........

ok, jadi yang kemarin itu kita sudah pernah melakukannya berkali-kali. Bukankah sudah lebih dari 1 tahun, kita sering pergi bersama? sering melawatkan waktu berjam-jam untuk menceritakan macam-macam hal. apa saja yang kita alami, lihat, dan rasakan.

Tapi, hey, coba kamu ingat-ingat, apa kita pernah berbicara tentang hati kita? apa kita pernah membicarakan tentang mengapa-semua-ini- bisa-terjadi? tidak pernah kan?
haha

Jadi apa?

Aku juga tidak tahu. Aku kan tidak pernah betanya padamu. Kamu juga tidak. Tapi kalo dalam hatimu kamu menanyakan hal itu, sudahlah, kamu pasti tahu, aku akan menjawab apa. Meskipun aku sebisa mungkin selalu menyangkal. Supaya aku tidak terjatuh terlalu jauh. kamu tahu kan, kalo kita jatuh, akan sangat sulit untuk bangkit lagi. Apalagi ini masalah hati.

Hey, jadi kalo aku lebih suka mencium ketiakmu daripada pipimu, jangan kmau tanyakan juga. Aku hanya ingin beda saja, kok. Bukannya aku mau hidup dibawah ketiakmu. tidak sama sekali. Aku hanya merasa tidakadil saja. Ketiak kan tidak pernah dicium ya?. Jadi, biarkan saja aku tidur beralas lenganmu sambil menciumi ketiakmu. Aku tidak peduli disebut apa kita ini. kita kan masih miskin. Aku hanya ingin hidup degnan nyaman saja, kok.

Jadi kalo kita tidak pernah bisa menjawab pertanyaan hati kita. ya, biarkan saja, mungkin memang tidak ada jawabannya.......

Februari 13, 2008

kok bisa,

Jadi gini, sore tadi saya ikut tur keliling pada sebuah hotel berbintang di jogja. Cuma keliling biasa aja, liat2 promosi mereka, terus dilanjutin dinner. Saya melihat2 kamar2 mereka. dari yang standar, eksklusive sampe suite. Saya sampe berhayal betapa nikmatnya kalo bisa tidur disana. tapi kelas standar aja harganya 600 ribu lebih perbulan. Gaji saya satu bulan aja enggak cukup untuk bayar kamar semahal itu. Belum lagi yang suite, kamu harus ngeluarin 5 juta per malam untuk tidur disana. Katanya sih, menteri dan anggota DPR aja yang pernah kesana. Saya heran, kok bisa mereka menghabiskan uang segitu banyak (mungkin bukan uangnya sendiri, ya...) hanya untuk tidur semalam. Padahal, disebelah selatan mereka, di Pasar disamping hotel itu, ada seorang embok2 yang setiap malam masih terkantuk2 menunggui dagangan mereka. Padahal di gang di samping pasar itu, ada embok2 penjual lotek, yang anaknya tuna wicara, ada pemulung, ada pengemis, ada simbah renta penjual kembang. kayaknya gila aja, bersenang2 sementara yang lain kesusahan.
haha, kadang2 saya memang terlalu sosialis.
Saya jadi inget kata seseorang, bahwa mungkin saya hanya belum pernah ke Jakarta saja, katanya disana kaya dan miskin tidak berbatas. Memang benar, itulah sebabnya saya benci Jakarta, mbak. Disini saja saya masih suka misuh2 sama orang kaya, masih ingin selalu menggoreskan beling ke cat mobil orang kaya, masih memungut sampah dari orang naik mobil, dan melemparkan kembali ke dalam mobil itu lewat kacanya, masih ingin menyiramkan lumpur ke baju bagus orang2 kaya, dan masih suka menyuwili gelombang cinta milik tante saya, kalo saya tinggal di jakarta, pasti saya akan lelah sendiri, karena pasti akan ada banyak sekali orang kaya yang perlu saya musuhi. haha, memang untuk sementara saya belum bertemu orang kaya yang tidak membuat saya sinis. Saya cenderung kriminal, ya?
back to the topik. Jadi, pas akhir sesi, setelah jalan2 melewati ruangan2 bagus yang berhawa sejuk, dingin dan syahdu, saya bertanya pada si embak pemandu. Kok kita enggak ke ruang laundry, enggak ke dapur, enggak ke ruang mesin?. Si mbak2 cantik nan elegan, dengan senyum artifisialnya berkata, enggak mbak, disitu panas. Trus, saya bilang, justru karena panas itu, mbak, supaya kita jadi tahu, bahwa dibalik tempat2 yang indah dan sejuk ini, ada orang2 yang bekerja dengan keringat bercucuran, sementara gaji mereka untuk sekedar nginep disini aja, enggak cukup. Dan Si Embak yang ternyata The employe of the month itu, hanya tersenyum aneh dan meninggalkan saya sendiri, untuk bergabung dengan teman2 saya yang lain. Dasar antek2 kapitalis.
At least, paling enggak saya pernah beberapa menit di ruangan laundry sebuah hotel berbintang di jogja. Dan disitu memang sangat panas. mungkin karena semua mesin disana mengeluarkan hawa panas kali, ya...., dan mereka begitu sederhana, hanya berseragam kaos putih, dengan handuk diselipkan di kantong celana mereka, peluh bercucuran, dan orang selalu memandang aneh pada mereka. mungkin memang harus panas, tapi yo, mbok piye carane,
haha, iya, saya masih sinis, masih sok idealis. Iya, saya tau, idealis itu artinya berhadap2an dengan masalah. Saya belum bisa mencari celah, saya belum dewasa. Pasti aneh, ya, menjadi dewasa dalam keadaan seperti ini. pasti susah sekali bersahabat dengan kehidupan kalo kamu miskin. Pasti susah sekali bersahabat dengan orang kaya kalo kamu miskin, atau orang disekeliling kamu miskin, atau banyak orang kaya pelit disekitarmu.
haha, saya memang sinis......

Februari 07, 2008

tadinya,
saya cuma ingin bilang
mampirlah,
mungkin kita bisa makan bersama lagi
atau sekadar minum teh hangat
dan bercerita tentang segala hal

tapi, bila sejak sekarang
kamu bilang
tak akan mampir,
aku mau bilang apa lagi?

biar nanti aku minum teh sendiri
atau makan nasi goreng sendiri
atau hanya bercerita dalam hati saja
kupikir mungkin lebih enak
karena tak akan ada lagi
yang minta tolong
ambilkan ini
ambilkan itu





note: pergi saja, kalo ingin pergi, saya lilo, kok

Februari 06, 2008

hanya sekadar pertanyaan

tanya: jadi kenapa kamu harus bangun pagi-pagi setiap hari?
jawab: karena saya harus pergi bekerja setiap hari
tanya: Kenapa kamu harus bekerja tiap hari?
jawab: Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
tanya: Jadi apa kebutuhanmu?
jawab: Kos, bensin, makan, buku, sedikit bersenang-senang, kursus, njajake adik2, sedikit
beramal, pakaian, listrik, umm........... pulsa, perawatan tubuh, sepertinya sudah.
tanya: kalo enggak kerja apa kebutuhanmu terpenuhi?
jawab: enggak
tanya: jadi, kenapa mengeluh? kenapa marah-marah? kenapa misuh-misuh? kenapa enggak bersukur saja, kan masih ada orang yang enggak bisa bekerja?
jawab: karena kadang saya capek banget. jam tidur berkurang. kehujanan, waktu santai berkurang, ketemu adik2 jarang, sedikit kesenangan jarang kesampaian......
tanya: Ya sudah, keluar saja. cari kerjaan lain. yang lebih santai, lebih nyaman, atau enggak usah kerja sama sekali
jawab: Lha nanti saya makan apa? terus apa iya ada perusahaan lain yang mau menerima saya? saya kan enggak punya keahlian apa-apa
tanya: Lha itu ngerti. ya sudah, sing nrimo ing pandum aja. nesu-nesu yo tetep kerja. ora nesu2 yo butuh. nesu ra nesu rak yo podho kesele. milih endi ?
jawab: iyo, yo, jebul penak ora nganggo nesu2......
haha

Februari 05, 2008

grrrr, seandainya ada pilihan

Kadang, saya benci sekali dengan pekerjaan saya. Karena saya tidak pernah berlibur dengan tenang. Bagaimana saya bisa liburan dengan tenang. Coba, kalo ditengah-tengah liburan, tiba2 saya ditelphon kantor. Ada troble disini, troble disana, ada masalah dengan mbak ini, dengan mbak itu. dicari si ini, si itu, belum lagi telphon dari pak juragan, nanyain ini, nanyain itu, nyuruh ini, nyuruh itu. Saya sampe empet sendiri. Kok enggak nunggu pas saya pulang aja, sih..... Padahal liburan saya cuma sebentar. kadang saya cuma pulang pagi, ntar sorenya dah ada di jogja lagi. Sampai adik2 saya bilang kalo artis superstar aja sampe kalah sibuknya sama saya. Lha, saya jawab aja, kalo saya artis megastar. hihi

Grrrrr, pada saat itu, ingin sekali saya membanting telephon saya , supaya saya enggak bisa dihubungi lagi. Pasti rasanya menyenangkan sekali menjadi orang yang tidak bisa dihubingi. Keinginan itu langsung terkabul. Kemarin telpon saya rusak. Kehujanan. Mati total. Percaya enggak, saya malah merasa beruntung sekali waktu itu. Selain karena telpon saya itu memang sudah jadul dan karatan, juga karena itu saya jadi enggak bisa dihubungi lagi. hehe. Tapi Pak Juragan malah menyuruh (baca: memaksa) saya untuk membeli telpon lagi. Sama aja, to?

Saya jadi inget film 'Devil wears Prada' yang menceritakan tentang seorang asisten, entah namanya siapa, saya lupa, yang bekerja pada seorang pimpinan majalah fashion, bernama miranda. Si miranda ini seorang yang eksterm, disiplin, keras, dan prefeksionis. (hmmmm, jadi inget seseorang). Si asisten harus menuruti semua keinginan Miranda. Dalam cuaca seburuk apapun, dalam keadaan apapun. Bahkan pada saat Ia sedang asik duduk2 dengan teman2nya di kafepun, Miranda menelephon. Sampai semua teman2nya meledeknya habis2an.

Pada saat si Asisten sebel banget dengan miranda, Ia curhat pada teman sekerjanya, dan temannya itu ketawa, dan bilang gini, "wah, itu sih belum seberapa, beritahu aku nanti kalo pacarmu meninggalkanmu, semua teman2 menjauhimu, karena kamu sudah tidak punya waktu lagi untuk mereka. itu artinya kamu sedang dipromosikan, Nanti kalo kehidupan sosialmu benar2 hancur, dan kamu bahkan kesulitan mencari waktu untuk dirimu sendiri, bahkan untuk tidur, itu brarti, kamu sudah naik jabatan,". Ha-ha

Seandainya saya hidup di dunia film, ya, Seandainya ada jaminan bila saya pergi dari sini, akan langsung ada perusahaan yagn menerima saya, saya tentu akan meniru tindakan si asisten, dengan membuang telpon saya ke kolam pancuran di jalan abubakar ali, dan melenggang pergi dengan tenang.

Tapi, saya kan, hidup di dunia nyata, biar saya bekerja dengan tekanan, .paksaan dan rasanya seperti di kejar2 setan, toh saya harus menjalaninya juga. Saya jadi inget masa-masa kuliah, pas saya berjalan kaki dari los baju ke los baju lain, di Pasar Bringharjo, untuk sekadar mencari kerjaan. Rasanya kok saya enggak bersukur banget. Lagi pula, mana ada kantor yang mengijinkan saya membuat skripsi di komputer mereka, mengijinkan saya membawa motor kantor pulang. memang jer basuki mowo bea, apapun beanya.....

Uh uh, seandainya ada pilihan.........

Februari 03, 2008

manusia biasa

lawan jenis bernama pria lain itu duduk di depan saya. Ia tampak seperti manusia biasa, dengan intelektual yang biasa. Dia hanya naik motor biasa, dengan wajah yang biasa, kaos dan celana biasa, dan memakai jas hujan biasa. Tapi ketika dia bicara, saya baru tau kalo dia benar2 luar biasa cerdas.
Mulai saat itu saya memutuskan dalam hati saya, untuk mengaguminya. Ia berbicara dengan alur yang baik. runtut. teratur. dan menunjukkan kebersahajaan yang tidak main-main. Ia begitu cerdas, namun mampu membagi kecerdasabnnya pada semua orang dengan cara yang baik. Dan Ia melakukannya dengan senang hati. dengan kegembiraan yang sepenuh hati.
Dan saya hanya bisa memandangnya matanya lekat-lekat. Sambil manggut-manggut mendengarkan penjelasannya tentang hal-hal yang susah saya pahami dengan bahasa yang bisa saya mengerti. Ia menjelaskan dengan urutan yang bagus dan tidak berbelit2.
Lagi-lagi saya terpana, orang sedungu sayapun jadi memahami penjelasan sesulit itu. God. beruntung sekali orang yang memiliki hatinya.......

Februari 01, 2008

lagi,

pulang kerja

panas banged

sampai di perempatan Ring Road gejayan, berhenti karena lampu merah. Ketika itu di samping saya duduk seorang nenek, dengan seorang anak yang hitam-kurus-buta, dan sepertinya kurang gizi. Keduanya berpakaian lusuh, si nenek memakai kebaya lusuh, jarik dengan banyak tambalan di sana sini, dan di kepalanya ada sebuah konde tipis. mungkin itu kostum terbaik yang Ia punya. Didepannya ada sebuah gelas plastik bekas teh dengan beberapa recehan di dasarnya. Mata si anak kecil itu seperti terpejam, tapi juga seperti terbuka. yang terlihat hanya bagian putihnya saja. Ia menggoyang-goyangkan badannya kedepan dan kebelakang.
Dan Saya didepannya,sedang mngaduk-aduk tas saya untuk mencari recehan terkecil dan terburuk yang saya punya. (Tuhan, hukum saja hambaMu ini). Tapi kemudian Saya melongo.
Ketika tiba-tiba seorang pemulung, yang enggak kalah lusuhnya dengan mereka, berhenti di depan Si Nenek dan anak kecil itu. Ia menyerahkan 2000nya pada gelas bekas teh itu. Kemudian ia berlalu lagi dengan langkah cepatnya.

Tuenggg!!!!

Saya seperti di pukul denga kayu pada belakang kepala saya. Bapak itu cuma pemulung, menyandang bagor di pundaknya, berjalan dengan alas kaki sebuah sandal jepit butut. Dan saya lebih beruntung dari Ia, dan Ia memberi lebih banyak dari pada saya. Saya tau, Ia lebih mulia daripada orang kaya manapun. Karena, kalo orang kaya memberi, bagi saya itu hal biasa. Tapi kalo orang yang belum sejahtera sudah berani memberi, itu adalah hal luar biasa. Dan saya hanya bisa menundukkan kepala dalam2.

Berapa sih, penghasilan seorang pemulung? menurut saya, 2000 itu sangat berarti bagi mereka. saya jadi tertegun sendiri. mungkin hanya orang susah, ya, yang bisa menyelami kekurangan saudaranya? Padahal masih ada orang yang punya mobil lebih dari satu. punya rumah lebih dari satu. Padahal ada banyak orang yang menghabiskan uang ratusan ribu hanya untuk membeli baju. Padahal ada orang yang rela menghabiskan ratusan ribu untuk sekali makan. Padahal ada orang yang menghabiskan ratusan juta untuk membuat pesta. Tetapi kenapa justru pemulung yang iklas berbagi.

Tuhan, Engkau masih terjaga, kan?