Juni 16, 2008

sore dihari hujan

Beberapa hari ini, saya sempat kehilangan motivasi. Malas terus bawaannya. Umm, sebenarnya syndrome ini sudah muncul berbulan-bulan yang lalu, ding. males, capek, sebel, gondog rasanya enggak hilang-hilang dari otak saya. Begitu nemu motivasi, semangat lagi, sayangnya cuma sebentar. Sebentar banget. habis itu males lagi. Saya jarang termotivasi tiap hari.

Sampai saya terlibat sebuah percakapan, dengan orang biasa, 24 tahun, cowok, dan saya benci sekali dengan penampilannya, atau tigernya, atau baju-bajunya yang nyaris semua mahal, oh, atau parfumnya, yang baunya selalu lebih wangi dari saya. Disebuah tempat, saat kami sama-sama terjebak oleh hujan yang turun deras. Awalnya biasa saja, seperti pertemuan-pertemuan kami sebelumnya, olok-olokan garing dan guyon-guyon najis biasa. Tapi, entah bagaimana awalnya, kami jadi terlibat pembicaraan tentang hidup.

Yah, hidupnya memang terasa lebih beruntung dari saya, Si paijo ini punya bapak kontraktor, kakaknyapun diplomat. Tapi, oh, tidak, rupanya saya hanya orang berpikiran sempit yang tidak pernah membuka otak saya baik-baik, rupanya jauh sebelum dia menikmati hidup selayak itu, dia juga pernah kelaparan, jualan koran, jadi badboy, diperlakukan buruk oleh keluarganya, dan sebagainya.

dan Ia sempat tidak melakukan apa-apa selama tiga tahun, hanya untuk berpikir tentang hidup. Sampai kemudian ia tahu tujuannya, meski tujuannya itu enggak bisa ia ucapkan dengan kata-kata, dan Iapun bangkit dengan suntikan motivasi yang terus menerus. Ia menyadari kesalahannya. Menelaah setiap konsekuensi dari pilihan-pilihannya. Tentu saja, kita kan tidak bisa memilih opsi A dengan konsekuensi opsi B. Kalo kita memilih jadi bisnisman sukses, dan konsekuensinya adalah waktu kita sempit untuk keluarga, enggak mungkin kita memilih jadi bisnisman, dengan konsekuensi seorang guru, misalnya. Umm, sepertinya benar. Dan diotak saya, seperti terbangun gerbang-gerbang, ada tulisan diatasnya, di samping kiri malaikat membacakan manfaat, di samping kanan iblis menyetelkan video yang berisi konsekuensi-konsekuensi. Bertukar-tukar antar gerbang baik dan gerbang buruk.

jadi sekarang, disanalah paijo berada, dia memilih untuk mengikuti arus saja. Menjadi apapun kelak dikemudian hari dia nggak masalah. Dia hanya mengambil kesempatan-kesempatan yang ada, mengikutinya kemanapun kesempatan membawanya. Tentu saja sambil berfikir, katanya. Dan pas saya tanya apa obsesinnya 5 tahun yang akan datang, Ia bilang tidak tahu. Dia tidak membayangkan apapun. Tapi, dia memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti arusnya, sambil tetap berfikir, sehingga bila dia rasa arusnya buruk, ia akan pergi bersama arus lain yang lebih baik. Ia pasrah, mau mati besok, 2 jam lagi, atau nanti kalo sudah tua. Katanya itu motivasinya, menemui Tuhan, untuk bertanya macam-macam padaNya. Itulah yang membuatnya bersemangat untuk hidup. Hey, padahal, dia tidak memutuskan menjadi apa kelak.

Dan saya, kemudian hanya berkaca-kaca, memandang mata dan bibirnya bergantian, sambil sesekali menengok hati saya. Oh, betul, betapa malangnya saya, saya belum tau hidup, dan tidak pasarah, jadi mungkin kalo saya meninggal, saya akan meninggal dalam keadaan penasaran. hehe. Sungguh rupanya saya tidak membuka mata dan telinga saya dengan baik. Banyak tempat belajar, dan saya memilih untuk menutup mata dan telinga saya kuat-kuat, mengabaikan setiap pertanyaan dalam otak saya, karena saya pikir itu konyol. Saya malah memilih berlari kepada kegiatan-kegiatan yang saya tidak tau maknanya. Kegiatan-kegiatan busuk yang bisa membuat saya melupakan pertanyaan-pertanyaan itu. Hingga kemudian saya seperti mengambang. Saya memasuki gerbang dengan malas-malasan. Tidak mengindahkan malaikat yang mencoba memperingati saya, dan menguap pada iblis yang sibuk menujuk-nunjuk videonya. Dan begitu ada didalam, saya menyalah-nyalahkan malaikat dan iblis itu, padahal, kesalahan sepenuhnya ada pada saya.

Saya memang perlu berfikir, menemukan motivasi-motivasi saya, bukannya sekedar memaksa diri saya untuk berbuat sesuatu. Dan akhir sore itu paijo hanya bilang, sudahlah, itu cuma bullshit, g usah dipikirin, itu depend on dirimu sendiri, kok. Waktu kemudian hujan berhenti, kami sama-sama beranjak, Oh, God, waktu itu saya sadar, saya terlambat untuk masuk les bahasa Inggris....

5 komentar:

  1. berat... bahasannya berat... mendingan kita les inggris aja.. :D

    BalasHapus
  2. ka,ka. paijone ganteng rak? entuk nomer hapene rak?

    xixi.

    BalasHapus
  3. [...] Dan begitu ada didalam, saya menyalah-nyalahkan malaikat dan iblis itu, padahal, kesalah sepenuhnya ada pada saya.[...]

    sifat yg bagusss....
    ck..ckk..ckkk

    BalasHapus
  4. [...] Komentar Anda telah disimpan dan akan terlihat setelah pemilik blog menyetujui.[...]

    ampunn..di moderasi..???

    BalasHapus
  5. Motivasi lagi....
    sampai akhirnya mati

    berkali2

    ekstrim de javu

    *) mudah2an kita tidak sedang berada di etalase

    BalasHapus

monggo......