September 12, 2008

Bicycle memories

Tau tidak apa yang saya pikirkan ketika saya mendengar kata sepeda?

Saya selalu ingat simbah kakek saya. Setiap pulang sekolah, saya selalu diajaknya memancing ke berbagai kali di kampung saya. Kami selalu naik sepeda. Berdua saja. Jangan kira saya suka memancing. Saya tidak terlalu suka duduk merenung di pinggir kali sambil menunggui ikan memakan umpan kami satu-satu. Saya tidak terlalu sabar dalam hal itu. Biasanya saat simbah kakek saya memancing, saya lebih suka mencari bunga-bunga rumput untuk dibuat bando. Saya paling suka bagian berangkat dan pulang memancingnya. Saat saya dibonceng simbah kakek saya yang tua, dengan topi belanda putih dan celana buntung, dan saya kecil ada diboncengan, dengan gagang pancing dibahu, tempat ikan di pinggang, serta bando bunga rumput di kepala saya. Ah, saya suka sekali waktu angin sungai menampar-nampar pipi saya, dan suara derit rantai sepeda di sekitar saya, sesekali bel sepeda mbah kakek terdengar, dan bau rumput dimana-mana. Saya suka sekali.

Tau tidak apa yang saya pikirkan ketika saya mendengar kata sepeda?

Saya selalu ingat sahabat-sahabat saya. Saya sering naik sepeda beramai-ramai dengan teman-teman saya, salah satunya adalah teman saya ini. Kami sering berkhayal bahwa kami adalah lima sekawan yang sedang berpetualangan, kami memasuki daerah baru, dimana akan ada banyak penyamun dan perampok disana, dan kamilah yang akan menangkap perampok-perampok itu. Mangkir pramuka dan keliling-keliling naik sepeda adalah kegiatan favorit kami. Apalagi kalo kami menemukan jalan baru. Wuah, rasanya seperti Columbus menemukan Bahama. Waktu itu motto kami adalah, sebuntu-buntunya jalan, pasti bisa dilewati. Oh, bahkan kami sempat mengikrarkan janji persahabatan kami.

Tau tidak apa yang saya pikirkan ketika saya mendengar kata sepeda?

Saya ingat gambar Yogyakarta tempoe Doeloe, yang ditempel di warung bakso favorit saya. Ada gambar Tugu Jogja disana, dikelilingi pengendara-pengendara sepeda di kanan kirinya. Pasti menyenangkan sekali waktu itu, saat sepeda mendominasi jalan, saat suara kring-kring bel sepeda terdengar bersahut-sahutan, saat kita semua bisa saling menyapa dan tos kanan kiri. Tidak ada asap, tidak ada suara klakson menyebalkan bersahut-sahutan. Pasti kita tidak perlu mengenakan slayer kemana-mana.

Tau tidak apa yang saya pikirkan ketika saya mendengar kata sepeda?

Saya ingat foto simbah kakek saya diatas sepeda posnya, dengan 2 kantong hitam menggelembung di kanan kirinya. Saya ingat pulang, dimana saya bisa keliling-keliling naik sepeda dengan adik-adik dan keponakan-keponakan saya. Saya ingat Ibu-ibu membawa keranjang sarat sayuran, yang pergi ke pasar pagi-pagi buta. Saya ingat Bapak-bapak penjual beras di dekat stasiun kota saya. Saya ingat phanter, sepeda favorit saya yang setia, yang menemani saya ke kampus, ke kos, ke tempat kerja, kemana-mana. Berdua saja. Saya dan sepeda warna hitam .

Dan berita gembiranya adalah, saya punya sepeda lagi. Bukan sepeda cantik warna biru yang saya lihat di basement saphir Square, sekeras-kerasnya saya menabung, saya pasti tidak tega membelanjakan uang sebanyak itu untuk beli sepeda. Sepeda saya tak kalah cantik. Berwarna merah, dengan bel kecil lucu berwarna perak, dengan 5 gigi yang bisa dipindah-pindah. Genjotannya enteng, Dan sedelnya empuk. Aduh, saya suka sekali menaikinya dan angin menampar-nampar pipi saya. Menggelembungkan baju saya. Mengacak-acak rambut saya. Dan kaki saya serasa enteng sekali waktu mengayuh pedalnya. Putaran jeruji rodanya terasa nyaman sekali di hati, Saya sepeti terbang dalam putaran rodanya, aman, nyaman, damai. Apalagi ketika saya merentangkan kedua tangan saya, dan angin menyapu tubuh saya yang berkeringat. Menerbangkan bau rumput dan daun-daun yang luruh. Rasanya sungguh bebas, saya seperti menghilang, menjadi kabut, dan bersatu dengan angin……….

3 komentar:

  1. Waduh slamat ya sepeda barunya..boleh dunk besok aku pinjam.!?
    tapi mazza see dari Jogja ke Kutoarjo mau naik sepeda..capex dech..

    BalasHapus
  2. duh sudah 9 tahun Rie ga naik sepeda. Ntar kalo pulkam masih bisa naik sepeda ga ya...

    BalasHapus
  3. 4 sekawan...
    ulat-ulat kecil yg mulai meretas kepompongnya...
    walaupun kita tdk melewati masa kepompong bersama, ak yakin kita akan sama2 menjadi kupu-kupu cantik...Amien...

    -ngarep sekip-

    BalasHapus

monggo......