Mei 21, 2008

memori telo godog

"simbah, masak ora?"
"ora, nok. tapi simbah nggodog telo ning mburi"

lagi lewat rumah deket kos2an saya, pas denger suara mbak2 yang cuma tinggal berdua sama embahnya, sepertinya si mbak baru pulang kerja. mungkin dia lapar, mau makan, dan nanya sama embahnya. 

Saya jadi inget simbah simak saya, hobinya juga nggodog telo, dengan santan kental dari pohon yang kami punya sendiri, dimasak sampe santannya habis.  Sehabis maghrib, biasanya mbah simak menemani saya dan adik saya belajar, sementara mbah kakek nonton berita sambil ngemil telo godog itu.  sambil tangannya membawa tebah yang ia kibatkan setiap kali ada nyamuk diatas kepala kami.  Sementara mbak simak ikut melihat buku2 kami, sambil mulutnya mengunyah telo godog. sunyi. saat itu hanya suara tv yang terdengar, kadang juga kecapan mulut kami yang menguyah kudapan murah meriah itu.  atau kibatan tebah dari batang lidi pohon kelapa kami yang dibawa mbah kakek.

Dan sekarang saya hanya bisa mengenangnya sambil menyusut hidung saya supaya saya tidak menangis.  Tinggal di Jogja sendirian benar2 membuat saya menyesal tumbuh besar dan menjadi dewasa.  Inginnya mengenang dan kembali ke masa2 saya berumur 4, 5, 6, 7, 8, 9,  saat itu semuanya kok rasanya mudah.  sendiri enggak sendiri semuanya sama aja. asal saya masih bisa nyari daun2 untuk saya potong2, asal saya masih punya kotak rokok bekas untuk tempat tidur gambar barbie saya, asal saya masih punya mbak kakek yang ngasih sangu, atau mbah simak yang nggodog telo tiap ada rejeki, semuanya gampang, mudah.....

Dan saya kok ingin kembali ke masa itu.

halah, ini saya lagi kena penyakit kasihani saya lagi.  seharusnya saya memang lebih banyak bersukur daripada ngeluh.....

2 komentar:

  1. jangan nangis, to mbak
    tapi kalaupun nangis aku yo ra ngerti kok,
    salam

    BalasHapus
  2. hummm...telo godog? lha kok podo karo mbahku.

    BalasHapus

monggo......