Agustus 07, 2011

buddha colapsed out of shame



::tulisan ini mungkin mengandung spoiler::
(aslinya si gak tau arti spoiler itu apa, tapi enak aja buat ditulis. hihihi)

Film ini di buka dengan hancurnya patung Buddha di bamiyan, Afganistan oleh milisi taliban. kemudian di lanjutkan dengan pemandangan rumah-rumah gua di tebing-tebing kapur nan cadas. disana tinggalah Baktay, gadis kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama ibu dan adik bayinya. Disana ia bertetangga dengan Abas, anak laki-laki kecil botak lucu yang suka membaca dengan suara keras. Saking kerasnya suara si Abas, adik bayi yang sedang dijaga oleh Baktay sampai menangis karena keberisikan. Baktay kecil mendatangi Abas agar mengecilkan volume suaranya. Eh, malah si Abas mengejek Baktay hanya iri karena tidak bisa membaca sepertinya. Baktay pun tertantang dan pura-pura membaca buku yang dibaca Abas, padahal si dia tidak membaca, hanya melihat gambarnya. Bukunya terbalik pula. hihi. Kocak, deh.

Tapi akhirnya, malah Baktay imut ini tertarik untuk ikutan sekolah bareng abas setelah mendengar cerita lucu yang dibaca oleh Abas dari bukunya. Masalahnya, Baktay tak punya buku dan pena untuk kesekolah. Maka baktay pergi mencari ibunya untuk meminta uang agar ia bisa pergi membeli buku dan pena. Sebelum pergi, baktay mengikat kaki adik bayinya agar tidak bisa pergi kemana-mana. Tapi sayang, baktay tidak menemukan ibunya dimanapun. Ia pun kembali kerumah, dan si kecil abas mmberinya ide untuk menjual telur agar ia bisa membeli buku dan pena sendiri. maka pergilah Baktay kecil ke pasar untuk menjual telur. Ia menawarkan telurnya pada semua orang. Kasihan Baktay. Tak ada yang mau membelinya. Malahan, seseorang menyenggol telurnya sampai pecah, namun tak mau menggantinya. Baktay sedih sekali, Ia mencoba lagi menjual telurnya. Sampai akhirnya ada seorang kakek pandai besi yang menginginkan roti. Maka baktay pergi ke pabrik roti, menukar telurnya dengan roti, dan kembali lagi ke kakek pandai besi untuk menukar roti dengan uang.

Sayangnya uang yang didapat Baktay hanya cukup untuk membeli buku doang. Penanya gak dapet. Trus si baktay kecil ngambil gincu ibunya deh, sebagai pengganti pena. pinter, kan?

Takut terlambat ke sekolah, Baktay dan Abas buru-buru pergi ke sekolah. Jangan bayangkan sekolah beneran. di negeri itu, sekolah cuma sederetan bangku-bangku dan meja beratap langit, dengan anak-anak laki-laki yang sedang belajar, dipandu seorang guru pria. Tapi sayang, sudah repot-repot lari ke sekolah, kesana kemari menjual telur, Baktay malah tidak diperbolehkan sekolah disana "ini sekolah anak laki-laki, pergilah ke sisi lain sungai. disana ada sekolah untuk anak perempuan" kata pak guru. Walaupun Baktay sudah memohon-mohon pada pak guru untuk diperbolehkan belajar di sana, "aku ingin pergi kesekolah untuk mendengar cerita lucu", katanya untuk meyakinkan pak guru. Tapi tetap saja baktay tidak boleh bersekolah di sana. Baktay harus pergi ke sekolah anak perempuan.

Maka pergilah gadis kecil banyak akal itu menuju sekolah anak perempuan. Di jalan, ia malah dihadang oleh segerombolan anak laki-laki yang sedang bermain perang-perangan ala milisi taliban di dekat reruntuhan patung buddha yang dihancurkan oleh milisi taliban. Baktay di tangkap dan dipaksa memakai kantung kertas sebagai pengganti burqa, lalu ia hendak dirajam karena ketahuan membawa gincu. bahkan buku tulis yang dibeli baktay dengan susah payah di sobeki dan dijadikan pesawat-pesawat kertas. Anak-anak itu bilang, "perempuan tidak pergi ke sekolah". Saat Abas datang untuk menolong, malah Abas di anggap sebagai mata-mata amerika dan dijebak masuk ke pasir. duhh, anak-anak itu nakal banget pokoknya. Disinilah bagian yang saya kemudian berfikir ini bukan film anak-anak. Terlalu banyak simbol-simbol. Bagaimana mungkin anak-anak kecil bisa begitu kejam dengan menyekap anak-anak perempuan, mengatakan bahwa patung buddha bukanya hancur di bom, melainkan malu melihat keadaan Afganistan, menceramahi mereka tentang burqa, bahkan hendak melempari batu pada baktay. Udah gitu, adegan saat mereka hendak melempar batu, digambarkan dengan begitu sadis. baktay di kubur setengah badan, wajahnya ditutup dengan kantung kertas, dan anak laki-laki melingkarinya. masing bertampang menakutkan dan memegang sebuah batu siap dilempar kearah Baktay. yah, sutradaranya, Hanna Makhmalbaf, berhasil merefleksikan bagaimana kejahatan orang dewasa mempengaruhi anak-anak dengan cara yang memalukan. film ini juga mengingatkan saya pada film innocent voice. tentang bagaimana perang dan kekerasan mempengaruhi cara berfikir anak-anak. bedanya, film ini tidak sedikitpun berdarah-darah dan penuh suara tembakan. bagaimana kehidupan mereka selama masa pemerintah taliban, sepenuhnya digambarkan oleh bagaimana anak-anak itu bermain.

Nah, karena Baktay adalah anak pemberani dan cerdik, ia berhasil melarikan diri dari permainan perang-perangan anak-anak laki-laki itu, dan melanjutkan perjalanan menuju sekolah kusus anak perempuaan di sisi lain sungai. Begitu ketemu, si Baktay langsung aja masuk ke kelas dan berjalan kesana kemari mencari bangku, sementara ibu guru sedang menulis di papan tulis. Pas Bu guru menyuruh anak-anak menyalin ke buku tulis, Baktay mengeluarkan gincu nya untuk menulis di buku, gak taunya, anak-anak perempuan dikelas tertarik pada gincunya. Akhirnya, bukanya belajar, baktay malah merias wajah semua anak di kelas itu, hingga tampang mereka jadi lucu-lucu.

Pulang dari sekolah kusus anak perempuan, Baktay melewati gerombolan anak laki-laki yang main perang-perangan lagi. Baktay udah capek gak mau ikutan main-main. Untunglah ada abas yang ngasih petunjuk pada baktay. "matilah, maka kamu akan bebas",kata Abas dan kemudian si Baktay kecil berbaring ditanah untuk pura-pura mati. Lalu adegan ditutup dengan hancurnya patung buddha lagi. Seperti di awal cerita.

Nah. Selesai. Panjang juga, ya? kira-kira ceritanya begitu. Pas nonton pertama, saya malah terbengong-bengong, dan bertanya-tanya. eh, filmnya udahan, to? tapi setelah baca-baca latar belakang film ini dari internet, jadi tau, deh, kenapa begini kenapa begitu. Beginilah kalo gak pernah belajar sejarah dan menonton dunia dalam berita. *dilempar kapus* apa-apa gak tau. Biar lebih seru, nonton sendiri filmnya, ya, lumayan buat ngabuburit nunggu buka puasa. Daripada ngabuburit gak jelas di jalanan yang parah banget ramenya. panas.:))



4 komentar:

  1. @mas wahyu: salam kenal kembali. saya suka tulisan2 mas di blognya masnya. :D

    BalasHapus
  2. Mbk Meika: suka tulisan saya yang mana ya. hehehee

    saya hanya belajar nulis.

    BalasHapus

monggo......