Juli 10, 2008

Try to be a good sister

Dalam sebuah mobil asing, muntah-muntah tiada henti, saya tidak tau dibawa kemana oleh ibu saya, waktu itu ada lelaki asing, berambut panjang, yang baik hati pada saya dan ibu saya. Ibu menyuruh saya memanggilnya Oom, dan saya memanggilnya begitu. Beberapa tempat asing saya kunjungi, Orang-orang asing tidak berbahasa jawa. Sampai saya bertanya pada Ibu saya, kemana kami ini?, kenapa kita tidak pulang ke Kutoarjo? Menemui Andi dan mbak kakek-mbah Simak. Kemudian saya menangis tiap malam. Minta pulang.


Lalu kemudian Ibu dan Lelaki yang saya panggil Oom itu mengantar saya pulang, pada Mbah Kakek dan Mbah Simak, pada rumah di desa kecil yang semua orang berbahasa jawa, pada adik laki-laki dan teman-teman yang selalu mengajak saya main karet. Dan Ibu pergi dengan Si Oom. Hanya pulang beberapa tahun sekali, dan setiap kali Ibu pergi lagi naik kereta, saya selalu kekamar mandi, mandi dan menangis, sambil membayangkan kereta terlambat, atau sudah pergi, atau keretanya tidak pernah datang ke stasiun, hingga ibu saya tidak jadi pergi. Tapi, ha-ha, doa jelek tidak akan terkabul, bukan?


Sampai beberapa tahun kemudian Ibu pulang bersama si Oom, membawa 2 orang adik kecil yang tidak saya kenal. Ibu bilang itu adik2 saya. Saat itu saya tau, saya punya 3 orang adik yang harus saya sayangi. 1 adik tinggal bersama saya, 2 adik lainnya tinggal bersama Ibu dan Si Oom. Saya tidak pernah melihat mereka bertahun-tahun kedepan, hanya membaca cerita ibu tentang mereka dalam surat-surat ibu, atau mengirimi adik perempuan saya gambar-gambar komik buatan saya. Saya tidak pernah dekat dengan kedua adik saya terakhir.


Dan kemudian saya lulus sekolah, saya pergi ke Jogja, dan Ibu saya memutuskan pindah ke kutoarjo, Ibu, suaminya dan ketiga adik saya, kakak perempuan saya, dan 3 ponakan saya berkumpul di kota kecil yang paling saya cintai itu. Sedang saya di Jogja sendiri. Saat itu, kadang saya merasa tersisih, tapi pulang merupakan kegembiraan yang tidak terkira, keluarga saya berkumpul semua.


Tapi Ibu saya pergi lagi, saat dirasa kehidupan di Tanah kelahiran saya tidak terlalu menjanjikan. Setiap saya pulang, Ibu tidak ada di rumah, tapi begitu saya sampai di Jogja, Ibu saya pulang. Saya sering sekali tidak berjodoh untuk bertemu dengan Ibu, sampai kami harus janjian jika ingin bertemu di Kutoarjo. Tapi saat itu Ibu lebih sering pulang untuk menegok adik2 saya, daripada jama saya kecil dulu. Kalo saya protes, Ibu selalu bilang “Seharusnya kamu bangga, nduk, karena kamu mandiri, tidak bergantung pada Ibu”. Oh, padahal saya ingin mendengar “so sorry, sweety, bukan maksud ibu berbuat begini, maaf, ya”, dan saya benci dipanggil ‘nduk’, rasanya kok imut banget gitu…


Lalu setelah saya lulus kuliah dan bekerja, Adik perempuan yang dulu sering saya kirimi gambar komik itu datang, bersekolah di Jogja., dan beberapa hari ini tinggal di kos-kosan saya. Ibu dan si Oom menelpon tiap malam, memastikan bahwa si gadis kecil itu sudah makan, dan mewanti-wanti saya untuk menjaganya, merawatnya, menolongnya kalo butuh bantuan, mengantarkannya daftar sekolah dsb, dsb, oh, saya bahkan lupa apa Ibu secemas itu waktu saya masuk SMK.


Tapi tidak ditelpon tiap hari pun saya akan menjaganya, memenuhi kebutuhannya sebisa saya, mengantarnya daftar sekolah dsb, membagi makanan saya dengannya, meminjamkan pulsa saya padanya, berbagi kamar denganya. Tentu saja, karena saya kan kakak yang baik, bahkan pas adik saya hampir hilang di Bis pun, saya juga menangis, takut, dan marah-marah pada pengelola trans jogja, mana mungkin saya menyia-nyiakannya. Saya tahu saya tidak akan mengecewakan Ibu saya, dan si Oom baik hati itu. Saya akan belajar, tidak iri, dan mencoba mengerti bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Bahwa semuanya adalah pembelajaran, dan saya sedang ditempa didalamnya. Tentu. Saya janji. Pasti.


4 komentar:

  1. wahhhh... cerita u mirip cerita komik yg judulnya.... hmm... ohh mama trouble, hampir mirip tapi kalo yg di komik itu pada akhirnya rupanya bukan adik kandungnya.... :D

    tapi susah juga, soalnya tiba2 kek gitu.. :)

    BalasHapus
  2. kisah pribadikah? mirip sama sayah... tapi kedua orangtua saya menikah lagi...

    BalasHapus
  3. ikaaaaaaaaa... so sweet and moving. i almost cry when i read it. ALMOST lho tapi. xixi.

    BalasHapus

monggo......