Februari 01, 2008

lagi,

pulang kerja

panas banged

sampai di perempatan Ring Road gejayan, berhenti karena lampu merah. Ketika itu di samping saya duduk seorang nenek, dengan seorang anak yang hitam-kurus-buta, dan sepertinya kurang gizi. Keduanya berpakaian lusuh, si nenek memakai kebaya lusuh, jarik dengan banyak tambalan di sana sini, dan di kepalanya ada sebuah konde tipis. mungkin itu kostum terbaik yang Ia punya. Didepannya ada sebuah gelas plastik bekas teh dengan beberapa recehan di dasarnya. Mata si anak kecil itu seperti terpejam, tapi juga seperti terbuka. yang terlihat hanya bagian putihnya saja. Ia menggoyang-goyangkan badannya kedepan dan kebelakang.
Dan Saya didepannya,sedang mngaduk-aduk tas saya untuk mencari recehan terkecil dan terburuk yang saya punya. (Tuhan, hukum saja hambaMu ini). Tapi kemudian Saya melongo.
Ketika tiba-tiba seorang pemulung, yang enggak kalah lusuhnya dengan mereka, berhenti di depan Si Nenek dan anak kecil itu. Ia menyerahkan 2000nya pada gelas bekas teh itu. Kemudian ia berlalu lagi dengan langkah cepatnya.

Tuenggg!!!!

Saya seperti di pukul denga kayu pada belakang kepala saya. Bapak itu cuma pemulung, menyandang bagor di pundaknya, berjalan dengan alas kaki sebuah sandal jepit butut. Dan saya lebih beruntung dari Ia, dan Ia memberi lebih banyak dari pada saya. Saya tau, Ia lebih mulia daripada orang kaya manapun. Karena, kalo orang kaya memberi, bagi saya itu hal biasa. Tapi kalo orang yang belum sejahtera sudah berani memberi, itu adalah hal luar biasa. Dan saya hanya bisa menundukkan kepala dalam2.

Berapa sih, penghasilan seorang pemulung? menurut saya, 2000 itu sangat berarti bagi mereka. saya jadi tertegun sendiri. mungkin hanya orang susah, ya, yang bisa menyelami kekurangan saudaranya? Padahal masih ada orang yang punya mobil lebih dari satu. punya rumah lebih dari satu. Padahal ada banyak orang yang menghabiskan uang ratusan ribu hanya untuk membeli baju. Padahal ada orang yang rela menghabiskan ratusan ribu untuk sekali makan. Padahal ada orang yang menghabiskan ratusan juta untuk membuat pesta. Tetapi kenapa justru pemulung yang iklas berbagi.

Tuhan, Engkau masih terjaga, kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo......