Aku mendengar suara gadis itu berbicara dg mama dan kakaknya.
suaranya manis dan ceria. aku menyukai pipi chubby dan rambutnya yang
keriting. ia pasti baru pulang sekolah. ia selalu pulang 1 jam lbh siang
karena mamanya sekalian menjemput kakaknya, bimo.
ALIKA sdg berganti baju dibantu mamanya saat aku tiba disamping jendela kamarnya.
'Setelah ini langsung makan, ya' pesan mama sambil mengancingkan baju bermain alika.
alika mengangguk, lalu segera menuju tempat boneka dan meletakkan semua bonekanya di lantai.
Aku melambaikan tangan padanya.
Alika menoleh.
'Hai raras, ayo masuk. main boneka, yuk' ajaknya padaku.
Aku segera masuk dan duduk di lantai. senang akhirnya punya teman.
Alika menjajarkan boneka2nya.
'ini tasya' ia menunjuk sebuah boneka barbie berbaju pink.
'yg ini anita' ia menunjuk ke boneka barbie bergaun warna biru.
'yg ini ramona' ia menunjuk ke boneka barbie yg laìn.
AKU menyentuh boneka itu satu2. aku tdk pernah memiliki boneka2 sebagus itu. dimasaku boneka2 seperti itu blm ditemukan.
'Raras, kak bimo jelek, deh. masak aku ga boleh ngomong lagi sama
kamu. katanya, kamu teman pura2. kita kan temen beneran, ya, raras?'
katanya mengadu.
Aku mengangguk. Tersenyum. tentu saja kita teman, alika. sudah lama
aku bermain-main sendiri. aku senang kamu datang dan menjadi teman
terbaikku.
TIBA-tiba bimo datang dan menjulurkan kepalanya dari pintu kamar.
'Ma, alika ngomong lagi sama teman pura2nya' teriaknya pada mama.
Mama bergegas menuju kamar alika. Wajahnya cemas. Sejak pindah ke
rumah baru ini, ia memang sering mencemaskan alika.Berbeda dg bimo yg
supel, Alika blm punya teman disktar ini.
'alika, jangan bicara sendiri. ayo lekas makan' katanya.
'nanti saja, mama, alika sdg main sama raras' alika menggeleng. pipinya mènggembung lucu.
Mama ikut duduk dilantai, menghela nafas dan memungut sebuah boneka dari lantai.
'Raras, alika makan dulu. raras tunggu disini, ya' mama berkata pada
boneka yang di pegangnya. mencoba mengikuti permainan gadis kecilnya.
Alika merebut boneka yang dipegang mamanya.
'Mama, yang ini ramona. bukan raras. raras bukan boneka. raras yg itu' ujarnya sambil menunjukku.
aku mengangkat bahu. Dalam pandangan mama, Alika menunjuk udara
kosong di depannya. tak ada boneka. tak ada siapa-siapa. Tiba-tiba mama
merasa udara terlalu dingin di sekeliling lehernya. bulu kuduknya
meremang. ia ingat, beberapa bulan yg lalu saat membangun rumah ini, ia
lupa tidak selamatan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo......